25 September 2008

Teguh Imawan: TV Belum Jadi Guru yang Baik

by : Irfan Fikri

TEGUH Imawan prihatin. Televisi yang seharusnya memiliki peran strategis mengajarkan dan membentuk perilaku masyarakat, masih jauh dari harapan.

Sebelas stasiun televisi di Indonesia saat ini belum mengajarkan kecerdasan bagi para penonton.

Ironis sekali. Padahal, dalam satu hari setiap individu 210 juta rakyat Indonesia menonton tayangan televisi antara empat sampai enam jam. Jumlah ini lebih banyak dari waktu belajar anak sekolah yang umumnya empat jam di dalam kelas.

Sejak 2006, Teguh sibuk memelototi tayangan televisi menjadi Tenaga Ahli dan Konsultan Monitoring Siaran Televisi Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo). Kesimpulannya, televisi belum bisa menjadi guru yang baik. Kekerasan fisik dan psikis masih mendominasi tayangan televisi di seluruh programnya.

Dari hasil penelitian, 70 persen seluruh stasiun televisi setiap hari menayangkan adegan horor violence, sex, glamoritas, dan gosip. Parahnya lagi, adegan perkelahian pukul dan tendang serta bunuh diri mendominasi tontonan anak-anak dalam film kartun. "Jika hal ini dibiarkan, dua generasi ke depan akan lahir generasi preman, generasi tawuran," katanya kepada Jurnal Nasional di Jakarta.

Alumnus FISIP Universitas Airlangga Surabaya angkatan 1991 ini mengatakan, dari hasil penelitian Maret 2008, dalam tayangan kartu didapati 13 adegan pelecehan seks dan tujuh tayangan perkosaan pada film kartun anak-anak.

Pada tayangan kartun Jepang, misalnya Naruto, banyak ditayangkan adegan kekerasan seperti tusuk-menusuk, menayangkan orang nyaris sekarat akibat tebasan pedang dan berdarah-darah. Ini jelas melanggar Undang-undang Penyiaran dan Standar Program Siaran (SPS). "Ancamannya, izin program acaranya bisa dicekal," kata Teguh.

Jika tayangan ini dibiarkan, efeknya anak-anak yang sejak dini dibiasakan menonton tontonan orang dewasa dalam bentuk kartun akan menganggap tayangan seks dan perkosaan hal biasa. Tak hanya itu, mereka akan kecanduan dan ketagihan. "Tontonan itu akan seperti narkotika. Ketagihan."

Maraknya tayangan mistik, gosip, dan kekerasan tidak lepas dari penonton itu sendiri. Hasil penelitian AC Nielsen, lembaga pemantau siaran, penonton Indonesia mayoritas didominasi penonton kelas bawah dalam urutan terendah, yaitu C2DE di antaranya masyarakat berpenghasilan dan berpendidikan rendah.

Menurut dia, penonton Indonesia belum dapat memilih dan memilah tayangan yang bermanfaat bagi mereka. Para petani, masih asyik menonton empat sampai enam jam berita kriminal atau mistik yang tidak memberi manfaat banyak untuk meningkatkan produksi padi mereka. Para guru juga asyik menonton gosip bahkan melanjutkan pembahasan gosip di kantor tempat mereka bekerja.

Saat ini Teguh aktif melakukan pendidikan literasi kepada para penonton. Lewat lembaga yang dipimpinnya, yaitu Kajian Media & Literasi Media Televisi dia melakukan sosialisasi kepada siswa dan orang tua. Dia memberi pendidikan secara literis tentang cara membimbing anak-anak didik ketika menonton TV. Termasuk ketika anak sedang nonton kartun, sering kali orang tua lemah pengawasan. Saat acara kartun berlangsung sering kali ada promo film dewasa yang ditayangkan.

Belum lagi, dalam acara kartun impor sering kali mempertontonkan adegan nasionalis yang tidak sesuai jiwa nasionalis bangsa ini. "Jangan sampai anak-anak justru lebih simpatik dan rela membela negara orang," kata suami Nana Triana ini.

Sebagai mantan manajer produksi berita (executive news producer) televisi swasta nasional, dia mengakui, kalau televisi selalu mengedapankan rating di setiap tayangan. Rating menjadi berhala yang harus dituruti. Bahkan profesionalitas dan idealisme dipastikan luntur demi mengejar rating. "Benar-benar out of control."

Ayah satu anak ini sangat konsen pada dunia media. Masuk ke dunia jurnalisme sejak kuliah. Diawali saat tuntutan membayar uang kuliah dan bayar kos. Diapun menulis artikel ke media lokal maupun nasional. "Setiap bulan sekali tulisan saya harus masuk koran. Kalau tidak, saya tidak bisa makan dan bayar kos," katanya berseloroh.

Lalu bagaimana penerapan menonton televisi dalam keluarga? Ayah dari Adji Haedar ini tidak mau kecolongan. Kepada keluarga dia menerapkan tertib menonton televisi. Dia membatasi keluarganya menonton televisi. Sebagai peralihan, dia memberi anak komputer yang terkoneksi dengan internet. Anaknyapun diajari bagaimana cara berkreasi di blog dan jejering seperti Friendster. Irfan Fikri

http://jurnalnasional.com/?med=Koran%20Harian&sec=PROFIT&rbrk=&id=66414&detail=PROFIT&pg=2

Bio Data
by : Irfan Fikri

Biodata

Teguh Imawan

Jl. Tebet Timur Dalam VIII-W No-4

Tebet - Jakarta Selatan.

Email teguhimawan@yahoo.com, teguhimawan@gmail.com

Blog : http://kameliatv.blogspot.com

http://teguhimawan.blogspot.com

http://transparansipendidikan.blogspot.com

Lahir di Blitar Jawa Timur, 11 November 1967

Pendidikan, Perjalanan Karir dan Organisasi

Juni 1991, menyelesaikan studi sarjana Ilmu Politik FISIP Universitas Airlangga Surabaya.

 Februari 1992 – Mei 1999, periset Redaksi & Litbang Harian Sore Surabaya Post.

 Juni 1999 – Juni 2002, analis media Program Media Watch Lembaga Studi Perubahan Sosial (LSPS) Surabaya.

 5 Juli 2002 – Juni 2004, Koordinator Litbang dan Produser News & Current Affairs Stasiun Televisi Lativi (PT Lativi Media Karya).

 1 Juli 2004 – September 2005, Produser Eksekutif/Executive Producer (Senior Production Manager) Divisi News Lativi.

 Agustus 2005, dosen Fikom Universitas Indonusa Esa Unggul Jakarta.

 17 Agustus 2005, Ketua Komunitas Melek Media Televisi/Media Literacy for TV.

 17 Agustus 2006, Direktur Kajian Media & Literasi Media Televisi (KameliaTV)

 Oktober – Desember 2005, Associate Research Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat.

 April 2006 - kini, Tenaga Ahli/Konsultan Monitoring Siaran TV Depkominfo.

Menulis Laporan/ Monografi Penelitian

• Februari 2006, Monografi Tayangan Acara Seks Televisi (Jakarta: KPI Pusat)

• April - Juni 2006, Monitoring Siaran TV Nasional Acara News & Current Affairs, Badan Informasi Publik (BIP) Depkominfo

• Desember 2006, Monitoring Siaran TV Nasional Acara Infotainment, BIP Depkominfo

• Februari 2007, Monitoring Siaran TV Nasional Program Acara Tayangan Kekerasan terhadap Anak, BIP Depkominfo.

• April 2007, Monitoring Siaran TV Nasional Acara Sinetron, BIP Depkominfo.

• 5 Oktober 2007, Monitoring Siaran TV Nasional Program Acara Ramadhan, BIP Depkominfo.

• Oktober 2007, Monitoring Siaran TV Nasional Program Acara Iklan, BIP Depkominfo.

• November 2007, Monitoring Siaran TV Nasional Program Acara Seksualitas, BIP Depkominfo.

• Januari – Maret 2008, Monitoring Siaran TV Nasional Program Acara Film Kartun, BIP Depkominfo

• April-Juni 2008, Monitoring Siaran TV Nasional Muatan Seks Dalam Lagu & Klip Video, BIP Depkominfo

Menulis Jurnal

• Media Surabaya Mengaburkan Makna; Kasus Pemilihan Walikota Surabaya, Pantau (Jurnal Kajian Media dan Jurnalisme), No. 09/2000

• Koran Menyikapi Komplain Berita: Berkelit Sembari Berterima Kasih, Sendi (Jurnal Media Watch& Civic Education) No. 2/2000

• Analisis Isi Berita Lembaga Kepresidenan, Sendi No. 3/2000

• Framing Analysis Berita Pidato Politik Megawati, Sendi No. 3/2000.

• Strategi Mengemas Berita Spekulasi Susunan Kabinet Reshuffle, Sendi No. 3/2000.

• Gatra Membingkai Isu Selingkuh Gus Dur-Aryanti: "Ralat" Lewat Perubahan Bingkai Berita, Sendi No 3/2000

• "Menjinakkan" Konflik Kekerasan Lewat Pemberitaan, Sendi No 4-5/2001

• Tragedi WTC & Serangan AS ke Afghanistan: Pers Ikut Tabuh Genderang Perang, Sendi No 4-5/2001

• Sidang Istimewa MPR 2001: "Mati Siji, Mati Kabeh", Sendi No 4-5/2001

• Istighotsah NU: Simulasi Kerusuhan Ala Pers, Sendi No 4-5/2001

• Konflik Sampit: Menyemai Damai dalam Berita, Sendi No 4-5/2001

• Kasus Label Haram Ajinomoto: Media "Meracik" Retorika, Sendi No 4-5/2001

• Sengketa Tanah Kebun Branggah, Banaran, Blitar: Hegemoni Lewat Pariwara, Sendi No 4-5/2001

• Politik Infotainment, Siasat Melayakkan Gosip, Jurnal Komunikologi Fikom UIEU No 2/2007

• Sekali Lagi, Kekerasan Terhadap Anak, (Bersama Ibnu Hammad) Jurnal Balitbang Depkominfo, 2007

Menulis Buku

1) April 1995, Ragam Bahasa Surabaya Post (Surabaya: PT Surabaya Post)

2) 2001, Pers yang Gamang: Studi Pemberitaan Jajak Pendapat Timor Timur (Surabaya: ISAI-LSPS-USAID)

3) Desember 2005, Infotainment (Jakarta: KPI Pusat)

4) 2006, Jurnalis Indonesia di Lima Kota, Memahami Preferensi Jurnalis dalam Meliput AIDS, Gender, dan Kesehatan Reproduksi (Yogjakarta: LP3Y-Ford Foundation)

5) 2006, Memartabatkan Televisi, Jakarta (KameliaTV)

6) 23 Mei 2008, 6 (Enam) Pertanyaan Penting Tentang Kebijakan BBM (Jakarta: Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian, Departemen Keuangan, dan Departemen Komunikasi dan Informatika)

7) 23 Mei 2008, Melindungi Hak Rakyat Miskin: Panduan Bagi Petugas Layanan Informasi untuk Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM 2008 (Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika).

8) 23 Mei 2008, Yang Perlu Diketahui Tentang Bantuan Langsung Tunai Rumah Tangga Sasaran (Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika).

Menulis Iklan Layanan Masyarakat (PSA)

1) Pengurangan Subsidi BBM , Demi Kepentingan Bersama Hari Esok yang Lebih Baik, Jakarta: Depkominfo, 21 Mei 2008 (Republika, hlm nasional, Media Indonesia hlm internasional)

2) Subsidi BBM, Memang Harus Dikurangi, Iklan 1 halaman FC, Jakarta: Depkominfo, 24 Mei 2008 (Kompas, Jawa Pos, Sindo, Republika, Media Indonesia, Jurnal Nasional).

Mendesain & Memproduksi Program Acara Televisi Nasional

Daily (harian)

(1) Lativi Pagi

(2) Panggung Politik

(3) Lativi Sore

(4) Top News

(5) Info Lativi

(6) Berita Terkini

Weekly (mingguan)

(7) Biografi

(8) Sosok & Berita

(9) Highlights Bola Liga Italia

(10) Hot Issue (Investigatif)

Program Khusus (Social Awareness Program)

http://jurnalnasional.com/?med=Koran%20Harian&sec=PROFIT&rbrk=&id=66411&detail=PROFIT&pg=1

Tidak ada komentar: