18 Mei 2008

Sophan Sophiaan Telah Tiada

DOKUMENTASI KOMPAS / Kompas Images
Sophan Sophiaan dan Widyawati dalam Cinta Remaja (1974).

Kompas, 18/5/2008 - Kepergian Sophan Sophiaan (64) merupakan kehilangan bagi dunia seni dan politik di Indonesia. Sosoknya akan selalu dikenang dengan idealisme, nasionalisme, dan prinsip yang ia pegang teguh di dua dunia tersebut.

Beberapa rekan dan kolega terdekat almarhum Sophan Sophiaan mengatakan hal itu saat ditemui di rumah duka ataupun saat menyambut jenazah di bandara hari Sabtu (17/5).

Jenazah Sophan Sophiaan tiba di Jakarta sekitar pukul 15.15, menggunakan pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 225 yang lepas landas dari Bandara Adi Soemarmo, Solo, Jawa Tengah. Sejumlah pejabat tinggi dan tokoh masyarakat menyambut kedatangan jenazah di ruang VVIP Bandara Soekarno-Hatta.

Di antara pejabat yang datang terlihat Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa, Menteri Perhubungan Jusman Syafeii Djamal, Menteri Perindustrian Fahmi Idris, dan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Tampak juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Sjahrir, dan mantan Ketua DPR Akbar Tandjung. "Saya sedang berada di Solo dan kebetulan pulang ke Jakarta satu pesawat dengan rombongan jenazah," kata Akbar.

Fauzi Bowo didampingi kerabat dan dua anak almarhum, Romy DP Sophiaan dan Roma JP Sophiaan, langsung menyambut di apron bandara kedatangan peti jenazah yang telah diselimuti bendera merah putih. Istri almarhum, Widyawati (57), tampak masih mengenakan kaus seragam Jalur Merah Putih saat tiba di ruang VVIP.

Dalam upacara kecil penerimaan jenazah di dalam ruang VVIP, Hatta Rajasa mengatakan, almarhum Sophan Sophiaan adalah seorang tokoh nasional yang gugur saat sedang menjalankan tugas negara. "Almarhum gugur saat mengemban tugas dalam Kepanitiaan Nasional Peringatan 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional. Kami merasa sangat kehilangan," katanya.

Hatta menambahkan, Sophan adalah sosok yang sangat jujur dan konsisten memegang prinsip, baik di dunia politik maupun seni. "Dia seorang politisi yang langka di negeri ini. Rasa cinta Tanah Air dan nasionalismenya tak perlu diragukan lagi," ujarnya.

Akbar Tandjung mengenang almarhum sebagai seorang yang memiliki idealisme dan jiwa nasionalisme tinggi. "Kita bisa melihat semua itu dalam sepak terjangnya semasa di DPR dulu," ujar Akbar, yang masih menjabat sebagai Ketua DPR saat Sophan mengundurkan diri dari keanggotaan MPR dan DPR tahun 2002.

Sutradara Eros Djarot, yang ditemui di rumah duka, menyebut almarhum sebagai salah satu orang perfilman yang konsisten mencintai dunianya dan tak pernah munafik. "Dia juga orang yang luar biasa tegas dan memegang prinsip, dan itu semua dia bawa ke dunia politik," katanya.

Aktor sekaligus sutradara Slamet Rahardjo Djarot berkisah, akhir-akhir ini Sophan mengungkapkan kesedihannya melihat kondisi bangsa Indonesia. "Ia benar-benar orang yang putih di hati, putih di ucapan. Itu yang membuat saya kagum dan cemburu," katanya.

Hingga malam hari, pelayat terus berdatangan ke rumah duka di Jalan Garuda V Blok C2 No 1, Sektor 1, Bintaro Jaya, Jakarta Selatan. Di antara pelayat terlihat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar, Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar dan istrinya, Erna Witoelar, tokoh teater Nano dan Ratna Riantiarno, Christine Hakim, pasangan artis Frans Tumbuan-Rima Melati, dan Mieke Wijaya.

Menurut rencana, hari Minggu (18/5) pagi ini jenazah akan dishalatkan, kemudian dimakamkan di TPU Tanah Kusir sekitar pukul 09.00-10.00.

Jalan rusak

Sophan Sophiaan (64) meninggal dunia akibat kecelakaan saat mengendarai motor besar sebagai bagian dari konvoi Jalur Merah Putih untuk memperingati 100 Tahun Kebangkitan Nasional, Sabtu. Peristiwa itu terjadi pukul 09.30 saat Sophan melintasi jembatan Desa Planglor, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Rombongan yang terdiri atas 270 pengendara motor besar berangkat dari Jakarta tanggal 12 Mei untuk berkonvoi ke kota-kota besar di Jawa, mulai dari Cirebon, Semarang, hingga Surabaya dan Kediri. Pada Sabtu pagi, rombongan bertolak dari Kediri menuju Yogyakarta melewati jalur Ngawi-Sragen.

Menurut Kepala Kepolisian Resor Ngawi Ajun Komisaris Besar Eddy Tambunan, saat melintas di Jalan Raya Ngawi ke Sragen, tepatnya di Kilometer 20 dari Ngawi, rombongan melalui jalan yang bergelombang dan berlubang di beberapa titik. Sophan yang menjadi ketua perjalanan JMP dan berada di urutan kelima dari depan tak bisa menghindari lubang sepanjang sekitar 3 meter dengan lebar 15 sentimeter.

Sophan tak kuasa mengendalikan sepeda motornya, lalu terjatuh dan terseret hingga 25 meter ke arah bahu jalan di kawasan hutan jati. "Saya sempat banting ke arah kiri untuk menghindari lubang. Saya lihat ke spion, Pak Sophan sudah oleng, motornya terjepit lubang, lantas terjatuh ke arah kiri," kata Safety Officer JMP Bambang, yang posisinya di depan motor Sophan.

Sophan dirawat sementara di ambulans milik panitia sambil dilarikan ke RSUD Sragen. Menurut dr Agus Dwi Sasongko, Sp OT dari RSUD Sragen, Sophan mengalami trauma pada dada serta patah tulang di beberapa bagian tubuh. Trauma pada dada Sophan menyebabkan perdarahan hebat yang membuat paru-parunya tidak bisa mengembang. "Kami melakukan resusitasi. Namun, saat tiba di sini (RSUD Sragen), Pak Sophan sudah meninggal," katanya.

Berdasarkan pengamatan Kompas, kondisi Jalan Raya Ngawi-Sragen memang buruk. Jalan sepanjang 36 kilometer itu bergelombang dan berlubang-lubang. Kondisi jalan yang buruk inilah yang menyebabkan kecelakaan sering terjadi. Padahal, jalur ini merupakan salah satu jalur utama dari Jawa Timur ke Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Menurut Eddy, pihaknya telah berulang kali meminta Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk memperbaiki jalan tersebut. Namun, perbaikan hanya dilakukan dengan cara menambal lubang- lubang di jalan yang dengan mudah rusak kembali.

Setelah kejadian yang merenggut nyawa Sophan Sophiaan, Balai Besar V Surabaya Departemen Pekerjaan Umum (DPU) baru memperbaiki jalan rusak. "Malam ini (Sabtu, 17/5), kami langsung memperbaiki titik-titik jalan yang berbahaya supaya tak ada kejadian lagi," kata Yuzid Thoyib, Kepala Balai Besar V Surabaya DPU. (DHF/GAL/EKI/APA/IDR/RTS)

Tidak ada komentar: