27 Mei 2008

Elite Politik Harus Pegang Kata-kata * Janji Presiden Dimuat di Media Massa dan Situs Resmi Preside

[JAKARTA] Elite politik, baik di legislatif maupun eksekutif, diminta untuk memegang kata-kata yang pernah diucapkannya. Pasalnya, saat ini tingkat kepercayaan rakyat terhadap para elite politik semakin berkurang. Sikap seperti itu dikhawatirkan akan merusak upaya membangun demokrasi di Indonesia.

Pandangan itu disampaikan politisi yang juga anggota DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Dradjat Wibowo kepada SP di Jakarta, Kamis (22/5). Dia menanggapi polemik seputar iklan Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto, yang meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menepati janji tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).

"Yang jelas, pemberitaan itu (soal janji Presiden Yudhoyono) ada di berbagai media massa. Memang, bisa saja wartawan salah kutip, tapi, kok, salahnya rame-rame. Apalagi, di situs resmi SBY juga ada," kata Dradjat.

Dikatakan, sikap elite politik yang tidak memegang kata-katanya akan membuat masyarakat semakin apatis yang akhirnya angka golongan putih (golput) pada pemilihan umum nanti semakin besar. Lembaga-lembaga negara, termasuk kepresidenan, dipilih lewat pemilu. Jika angkat golput tinggi, legitimasi orang-orang yang duduk di lembaga itu akan dipertanyakan.

Sikap reaktif Presiden Yudhoyono yang disampaikan melalui Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa, terkait iklan Wiranto, disesalkan oleh Wakil Sekretaris Jenderal Partai Hanura, Saleh Husin. "Presiden Yudhoyono seharusnya tidak perlu bereaksi seperti itu, tapi tunjukkan kerja yang benar sehingga rakyat tahu. Apalagi, apa yang dibantah itu merupakan kenyataan yang diketahui banyak kalangan," ujarnya.

Menurut Saleh Husin, Presiden Yudhoyono memanfaatkan momentum kenaikan harga BBM untuk kepentingan 2009. Pembagian bantuan langsung tunai (BLT), memunculkan kesan seakan-akan Presiden Yudhyono menjadi dewa penolong. "Ini seperti kisah tentang Robin Hood di Inggris. Seolah-olah menjadi dewa penolong," ujarnya.

Dalam iklan di media massa, Wiranto antara lain mengatakan "Semoga SBY tepati janji tak menaikkan harga BBM. Karena penduduk miskin bertambah, karena keresahan sosial akan meluas, karena masih ada solusi lain..."

Transkrip

Mensesneg Hatta Rajasa mengatakan Presiden Yudhoyono sama sekali tidak pernah berjanji untuk tidak menaikkan harga BBM. Presiden Yudhoyono hanya berjanji akan menyejahterakan rakyat.

Di sela-sela sebuah acara diskusi, kemarin, Hatta mengaku memiliki transkrip pernyataan Presiden Yudhoyono ketika berbicara pada pelantikan Kepala Staf TNI Angkatan Laut, 7 November 2007. Namun, transkrip yang dimaksud Hatta itu ternyata berita yang dimuat di kantor berita Antara.

Pada berita itu ditulis, "Pada saatnya opsi-opsi yang sedang disiapkan, lanjut Presiden, diharapkan dapat memberi solusi mencegah guncangan ekonomi nasional... Pada saatnya, kalau begini terus dan harga minyak lebih tinggi lagi, akan ada yang kita lakukan secara signifikan dan akan saya jelaskan kepada publik".

Namun, pada berita yang dimuat SP tanggal 8 November 2007, seusai pelantikan Kasal Laksamana Madya Sumardjono, Presiden Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla berbincang-bincang dengan wartawan soal harga BBM. Saat itu wartawan sempat bertanya soal harga minyak dunia yang terus meningkat dan pengaruhnya terhadap APBN.

Pemerintah, ujar Presiden Yudhoyono, terus melakukan langkah-langkah antisipatif dan sekaligus mencari solusi. Namun, semua solusi tersebut dipastikan tidak akan menimbulkan dampak dan masalah baru bagi masyarakat.

Saat ditanya apakah ada kemungkinan menaikkan harga BBM, setidaknya tahun depan, Presiden Yudhoyono mengatakan, "Tidak ada opsi itu, karena kita cari solusi lain yang cespleng". [O-1]

http://www.suarapembaruan.com/News/2008/05/23/index.html

Tidak ada komentar: