Undang Gadis Plastik, Produser Dikibuli Makelar
Setidaknya ada tiga acara talk show di televisi yang paling digemari saat ini. Empat Mata-nya Tukul Arwana, Kick Andy-nya Andy F. Noya dan Dorce Show-nya Dorce Gamalama. Ketiga acara itu sama-sama punya tim kreatif, dan kebetulan, selalu merencanakan setiap episode pada Senin. Siapa saja mereka? Bagaimana mereka tetap menjaga ide agar tetap segar?
SUGENG SULAKSONO, Jakarta
Setiap Senin pukul 4 sore, tim kreatif Kick Andy selalu berkumpul untuk mempersiapkan episode selanjutnya. Acara talk show di Metro TV itu ditayangkan setiap Kamis pukul 22.05.
Senin pekan lalu, sepuluh orang tim kreatif Kick Andy sudah berada di sebuah ruangan di lantai 2 gedung Metro TV di Kedoya, Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Tempat itu ruang kerja Andy F. Noya, pria berambut kribo yang tak lain host di acara talk show tersebut.
Rapat pun dimulai. Hingga satu jam rapat berjalan tanpa ada ide alias mentok. Setiap ide yang muncul dianggap kurang layak. Andy yang selalu ikut rapat, lantas mengajak keluar anggota timnya. "Ayo, kita keluar!" ajak Andy. Mereka lantas menuju sebuah kafe di mal Puri Indah. Dari gedung Metro TV butuh waktu sekitar 15 menit.
Tiba di kafe, Andy membebaskan anggota tim kreatifnya untuk makan minum sepuasnya. "Pokoknya kita disuruh bersenang-senang," cerita Agus Pramono, produser senior, yang juga anggota tim inti. Tanpa terasa mereka berada di kafe hingga pukul 10 malam.
Setelah puas, mereka pulang. Tapi, Andy titip pesan. "Besok pagi rapat kita lanjutkan pukul 10.00. Setiap orang bawa lima ide," kata Andy. Esok harinya, ketika rapat dimulai, ide-ide pun bermunculan. Ide-ide itu diseleksi hingga ditemukan yang dianggap paling baik.
Begitulah salah satu kisah di balik acara Kick Andy. Acara tersebut ditayangkan perdana pada 1 Maret 2006. Hingga kini, sudah lebih dari 100 episode dibuat dan ditayangkan. Selama itu sudah banyak tema dibahas. Tapi, agar kualitas acara tetap terjaga, ide-ide segar harus muncul. "Untuk mencari ide, tak selamanya mulus. Kalau mulus, rapat paling lama dua jam. Kalau pas mentok, kita selingi rapat di luar," kata Agus, pria 47 tahun itu.
Untuk menyeleksi ide, tim kreatif yang terdiri atas tiga produser (Agus Pramono, Kumala Dewi, Eko Sri Rahardjo), editor, staf produksi, kamerawan liputan, reporter, dan riset itu punya kriteria tersendiri. "Yang terpenting adalah setiap tema mengandung pesan moral dan memberi inspirasi," kata Andy kepada Jawa Pos.
Sejak ditayangkan, sejumlah tokoh yang bukan sembarang tokoh telah menjadi bintang tamu di Kick Andy. Paling gres, pada edisi 3 April lalu, bintang tamunya adalah Dahlan Iskan, Chairman Jawa Pos Group. Saat itu Andy mengangkat tema seputar operasi cangkok hati Dahlan Iskan yang dibukukan dengan judul: Ganti Hati.
Sebelumnya, melalui Kick Andy, terjadi polemik panas seputar peristiwa lengsernya Soeharto antara mantan Presiden B.J. Habibie dan mantan Pangkostrad Letjen (pur) Prabowo Subianto. Keduanya sama-sama tampil di Kick Andy dan sama-sama punya versi tersendiri seputar lengsernya Soeharto.
Pemirsa Kick Andy juga sempat dikejutkan dengan tampilnya mendiang Mayor Alfredo Reinado sebagai bintang tamu. Saat itu Alfredo menjadi buron di Timor Leste karena menjadi pemimpin pemberontakan dan membawahi sejumlah personel tentara yang desersi.
Tokoh-tokoh lain juga pernah menjadi bintang tamu. Di antaranya mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Sultan Hamengku Buwono X, KH Abdullah Gymnastiar (Aa' Gym) hingga artis Indonesia yang kini menetap di Prancis, Anggun Cipta Sasmi.
"Salah satu kekuatan kita ada di riset. Dia yang mengumpulkan data sehingga setiap pertanyaan di Kick Andy sangat berbobot," tutur Agus.
Dia menceritakan, ketika awal-awal tayang, tak mudah mengajak tokoh untuk dijadikan bintang tamu atau narasumber. "Acara kita belum dilirik," katanya. Bahkan, narasumber yang telah ditetapkan pada Senin sering mendadak membatalkan hadir menjelang syuting. "Tapi kita bersyukur, selalu ada campur tangan Tuhan di situ," ucapnya.
Agus lantas menceritakan pengalamannya ketika harus hunting menemui narasumber. Saat itu, berdasarkan hasil rapat, diputuskan mendatangkan Gadis Plastik. Dia adalah perempuan bertubuh lentur, tubuhnya bisa ditekuk-tekuk, dan sering beratraksi di Sirkus Keliling.
Informasi yang diterima Agus, Gadis Plastik saat itu sedang berada di Pati, Jawa Tengah. "Sebenarnya, hasil rapat itu, Gadis Plastik untuk edisi berikutnya. Tapi, karena narasumber yang direncanakan mendadak tidak bisa, kita terpaksa memajukan jadwal Gadis Plastik," kisahnya.
Saat itu, Jumat. Padahal, jadwal rutin syuting taping (rekaman) Kick Andy adalah Rabu pukul tujuh malam. Idealnya, setiap syuting itu untuk tayang dua minggu kemudian. "Saking susahnya, dulu juga pernah syuting Rabu, besoknya langsung tayang," imbuhnya.
Karena waktu mepet, Jumat itu juga Agus berangkat ke Pati. Tiba di sana, di sebuah tempat sirkus keliling, Agus kaget. Ternyata mengundang seniman jalanan saja harus lewat makelar. "Di sana saya sulit bertemu langsung dengan Gadis Plastik. Ada perantaranya. Menurut dia, untuk mengundang itu saya harus bayar Rp 10 juta," kenang Agus.
Jumlah uang itu dikatakan Agus bukan masalah. Yang terpenting, bisa bertemu langsung dengan Gadis Plastik dan membicarakan maksud kedatangannya. "Tapi tidak bisa sekarang. Gadis Plastik sedang ada di Pekalongan," kata si makelar. "Ya sudah, telepon saja," pinta Agus.
Si makelar beralasan, tarif telepon mahal karena interlokal. Lagi pula wartelnya jauh. Agus tidak habis akal. Dia lantas menyodorkan HP-nya untuk dipakai. "Saya bilang pulsa saya banyak," kata Agus. Akhirnya si makelar menyanggupi. "Ketika ditelepon itu, mereka bicara dalam bahasa Jawa. Makelar itu mengira saya tidak paham bahasa Jawa. Padahal saya bisa. Dia bermaksud membohongi saya," ungkap Agus, pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, 3 Agustus 1961 itu.
Gagal bernegosiasi, Agus lelah. Lagi pula sudah hampir tengah malam. Mereka sepakat bertemu lagi esok harinya. Agus mencari hotel ke Kota Semarang. "Di tengah jalan itu, melewati persawahan. Saya masih pusing menghadapi deadline. Dia turun sebentar dan kencing di bawah pohon. Tiba-tiba ingat, si makelar tadi kan telepon pakai HP saya!" ujarnya bersemangat. Artinya, nomor untuk menghubungi gadis plastik tadi masih terekam di HP-nya.
Buru-buru Agus masuk mobil, menelepon ke nomor yang tadi dituju makelar. "Ternyata nyambung dan yang mengangkat bapaknya Gadis Plastik. Kita bicara dalam bahasa Jawa. Ternyata Gadis Plastik sedang berada di sebuah hotel di daerah Magelang, dekat Borobudur," terangnya.
Mereka sepakat bertemu di hotel tersebut. Enam jam perjalanan, Agus tiba di lokasi. Saat itu sudah Sabu pagi. Setelah bernegosiasi, Gadis Plastik menyanggupi hadir di Kick Andy. Bersama Agus, mereka berangkat dari Magelang Sabtu malam, dan tiba di Jakarta Minggu pagi. "Sorenya kita langsung syuting. Saya sendiri empat hari kurang tidur. Yang penting acara sukses," ceritanya. (bersambung)
Setidaknya ada tiga acara talk show di televisi yang paling digemari saat ini. Empat Mata-nya Tukul Arwana, Kick Andy-nya Andy F. Noya dan Dorce Show-nya Dorce Gamalama. Ketiga acara itu sama-sama punya tim kreatif, dan kebetulan, selalu merencanakan setiap episode pada Senin. Siapa saja mereka? Bagaimana mereka tetap menjaga ide agar tetap segar?
SUGENG SULAKSONO, Jakarta
Setiap Senin pukul 4 sore, tim kreatif Kick Andy selalu berkumpul untuk mempersiapkan episode selanjutnya. Acara talk show di Metro TV itu ditayangkan setiap Kamis pukul 22.05.
Senin pekan lalu, sepuluh orang tim kreatif Kick Andy sudah berada di sebuah ruangan di lantai 2 gedung Metro TV di Kedoya, Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Tempat itu ruang kerja Andy F. Noya, pria berambut kribo yang tak lain host di acara talk show tersebut.
Rapat pun dimulai. Hingga satu jam rapat berjalan tanpa ada ide alias mentok. Setiap ide yang muncul dianggap kurang layak. Andy yang selalu ikut rapat, lantas mengajak keluar anggota timnya. "Ayo, kita keluar!" ajak Andy. Mereka lantas menuju sebuah kafe di mal Puri Indah. Dari gedung Metro TV butuh waktu sekitar 15 menit.
Tiba di kafe, Andy membebaskan anggota tim kreatifnya untuk makan minum sepuasnya. "Pokoknya kita disuruh bersenang-senang," cerita Agus Pramono, produser senior, yang juga anggota tim inti. Tanpa terasa mereka berada di kafe hingga pukul 10 malam.
Setelah puas, mereka pulang. Tapi, Andy titip pesan. "Besok pagi rapat kita lanjutkan pukul 10.00. Setiap orang bawa lima ide," kata Andy. Esok harinya, ketika rapat dimulai, ide-ide pun bermunculan. Ide-ide itu diseleksi hingga ditemukan yang dianggap paling baik.
Begitulah salah satu kisah di balik acara Kick Andy. Acara tersebut ditayangkan perdana pada 1 Maret 2006. Hingga kini, sudah lebih dari 100 episode dibuat dan ditayangkan. Selama itu sudah banyak tema dibahas. Tapi, agar kualitas acara tetap terjaga, ide-ide segar harus muncul. "Untuk mencari ide, tak selamanya mulus. Kalau mulus, rapat paling lama dua jam. Kalau pas mentok, kita selingi rapat di luar," kata Agus, pria 47 tahun itu.
Untuk menyeleksi ide, tim kreatif yang terdiri atas tiga produser (Agus Pramono, Kumala Dewi, Eko Sri Rahardjo), editor, staf produksi, kamerawan liputan, reporter, dan riset itu punya kriteria tersendiri. "Yang terpenting adalah setiap tema mengandung pesan moral dan memberi inspirasi," kata Andy kepada Jawa Pos.
Sejak ditayangkan, sejumlah tokoh yang bukan sembarang tokoh telah menjadi bintang tamu di Kick Andy. Paling gres, pada edisi 3 April lalu, bintang tamunya adalah Dahlan Iskan, Chairman Jawa Pos Group. Saat itu Andy mengangkat tema seputar operasi cangkok hati Dahlan Iskan yang dibukukan dengan judul: Ganti Hati.
Sebelumnya, melalui Kick Andy, terjadi polemik panas seputar peristiwa lengsernya Soeharto antara mantan Presiden B.J. Habibie dan mantan Pangkostrad Letjen (pur) Prabowo Subianto. Keduanya sama-sama tampil di Kick Andy dan sama-sama punya versi tersendiri seputar lengsernya Soeharto.
Pemirsa Kick Andy juga sempat dikejutkan dengan tampilnya mendiang Mayor Alfredo Reinado sebagai bintang tamu. Saat itu Alfredo menjadi buron di Timor Leste karena menjadi pemimpin pemberontakan dan membawahi sejumlah personel tentara yang desersi.
Tokoh-tokoh lain juga pernah menjadi bintang tamu. Di antaranya mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Sultan Hamengku Buwono X, KH Abdullah Gymnastiar (Aa' Gym) hingga artis Indonesia yang kini menetap di Prancis, Anggun Cipta Sasmi.
"Salah satu kekuatan kita ada di riset. Dia yang mengumpulkan data sehingga setiap pertanyaan di Kick Andy sangat berbobot," tutur Agus.
Dia menceritakan, ketika awal-awal tayang, tak mudah mengajak tokoh untuk dijadikan bintang tamu atau narasumber. "Acara kita belum dilirik," katanya. Bahkan, narasumber yang telah ditetapkan pada Senin sering mendadak membatalkan hadir menjelang syuting. "Tapi kita bersyukur, selalu ada campur tangan Tuhan di situ," ucapnya.
Agus lantas menceritakan pengalamannya ketika harus hunting menemui narasumber. Saat itu, berdasarkan hasil rapat, diputuskan mendatangkan Gadis Plastik. Dia adalah perempuan bertubuh lentur, tubuhnya bisa ditekuk-tekuk, dan sering beratraksi di Sirkus Keliling.
Informasi yang diterima Agus, Gadis Plastik saat itu sedang berada di Pati, Jawa Tengah. "Sebenarnya, hasil rapat itu, Gadis Plastik untuk edisi berikutnya. Tapi, karena narasumber yang direncanakan mendadak tidak bisa, kita terpaksa memajukan jadwal Gadis Plastik," kisahnya.
Saat itu, Jumat. Padahal, jadwal rutin syuting taping (rekaman) Kick Andy adalah Rabu pukul tujuh malam. Idealnya, setiap syuting itu untuk tayang dua minggu kemudian. "Saking susahnya, dulu juga pernah syuting Rabu, besoknya langsung tayang," imbuhnya.
Karena waktu mepet, Jumat itu juga Agus berangkat ke Pati. Tiba di sana, di sebuah tempat sirkus keliling, Agus kaget. Ternyata mengundang seniman jalanan saja harus lewat makelar. "Di sana saya sulit bertemu langsung dengan Gadis Plastik. Ada perantaranya. Menurut dia, untuk mengundang itu saya harus bayar Rp 10 juta," kenang Agus.
Jumlah uang itu dikatakan Agus bukan masalah. Yang terpenting, bisa bertemu langsung dengan Gadis Plastik dan membicarakan maksud kedatangannya. "Tapi tidak bisa sekarang. Gadis Plastik sedang ada di Pekalongan," kata si makelar. "Ya sudah, telepon saja," pinta Agus.
Si makelar beralasan, tarif telepon mahal karena interlokal. Lagi pula wartelnya jauh. Agus tidak habis akal. Dia lantas menyodorkan HP-nya untuk dipakai. "Saya bilang pulsa saya banyak," kata Agus. Akhirnya si makelar menyanggupi. "Ketika ditelepon itu, mereka bicara dalam bahasa Jawa. Makelar itu mengira saya tidak paham bahasa Jawa. Padahal saya bisa. Dia bermaksud membohongi saya," ungkap Agus, pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, 3 Agustus 1961 itu.
Gagal bernegosiasi, Agus lelah. Lagi pula sudah hampir tengah malam. Mereka sepakat bertemu lagi esok harinya. Agus mencari hotel ke Kota Semarang. "Di tengah jalan itu, melewati persawahan. Saya masih pusing menghadapi deadline. Dia turun sebentar dan kencing di bawah pohon. Tiba-tiba ingat, si makelar tadi kan telepon pakai HP saya!" ujarnya bersemangat. Artinya, nomor untuk menghubungi gadis plastik tadi masih terekam di HP-nya.
Buru-buru Agus masuk mobil, menelepon ke nomor yang tadi dituju makelar. "Ternyata nyambung dan yang mengangkat bapaknya Gadis Plastik. Kita bicara dalam bahasa Jawa. Ternyata Gadis Plastik sedang berada di sebuah hotel di daerah Magelang, dekat Borobudur," terangnya.
Mereka sepakat bertemu di hotel tersebut. Enam jam perjalanan, Agus tiba di lokasi. Saat itu sudah Sabu pagi. Setelah bernegosiasi, Gadis Plastik menyanggupi hadir di Kick Andy. Bersama Agus, mereka berangkat dari Magelang Sabtu malam, dan tiba di Jakarta Minggu pagi. "Sorenya kita langsung syuting. Saya sendiri empat hari kurang tidur. Yang penting acara sukses," ceritanya. (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar