Direktur Eksekutif SPS Asmono Wikan mengatakan, berdasarkan hasil survei tahun lalu pertumbuhan iklan di media cetak, khususnya koran, naik hampir 100 persen dibanding tahun 2005. "Pada 2005 pertumbuhannya 16 persen dan 2007 mencapai 31 persen," kata Asmono kepada Tempo di kantornya kemarin.
Sedangkan pertumbuhan iklan di majalah untuk periode yang sama hanya naik 1 persen, yakni dari 11 persen menjadi 12 persen. Untuk iklan televisi justru turun dari 16 persen menjadi 12 persen.
Menurut Asmono, pertumbuhan iklan di koran yang cukup tinggi ini didorong oleh iklan seluler dan otomotif. "Karena di koran penjelasan syarat dan ketentuan lebih efektif dibanding melalui televisi," ujarnya.
Secara volume, gross pendapatan iklan untuk 2007 mencapai Rp 35 triliun,lebih tinggi dibanding 2005 yakni Rp 30 triliun. Nah, koran mendapat Rp 10,7 dari gross 2007. Angka tersebut naik dari semula Rp 8,1 triliun. Sedangkan majalah yang mendapat porsi Rp 1,4 triliun naik dari sebelumnya Rp 1,3 triliun. Porsi hingga 65 persen diraup oleh televisi yang mencapai Rp 23 triliun.
Dari sisi readership atau keterbacaan, Asmono meneruskan, koran lebih banyak dibaca oleh usia yang lebih tua dibandingkan media online atau lainnya. Ini terjadi karena inovasi konten dan template. "Kampanye koran ke pembaca muda juga kurang."
Asmono mengakui readership koran menurun dibandingkan 2005. Dari survei 2007, readership koran hanya 23 persen dari total responden. Menurun dibanding 2005 yang 29 persen. Nasib serupa juga dialami majalah, readership menurun dari 22 persen menjadi 16 persen.
Dian Yuliastuti
03 April 2008
Iklan Koran Meningkat
TEMPO Interaktif, 3/4/2008, Jakarta: Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) menyatakan tingkat pertumbuhan iklan koran meningkat, meski secara volume masih kalah dibanding volume iklan di televisi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar