23 Maret 2008

Musisi Main Sinetron, Mendompleng Popularitas Grup Band

Musisi main film? Ini bukan berita baru. Fenomena ini terjadi sejak dulu—baik di Indonesia maupun di luar negeri. Rhoma Irama, Elvy Sukaesih, dan Achmad Albar pernah main film ketika mereka sedang ngetop. Produser film umumnya melirik mereka bukan lantaran mereka piawai berakting, melainkan karena mereka populer.

Fenomena musisi main film atau sinetron muncul lagi di dunia hiburan Tanah Air belakangan ini. RCTI, misalnya, menayangkan film serial televisi (FTV) Musisi Main Sinetron (MMS) sejak Oktober tahun lalu setiap Sabtu atau Minggu (pagi atau siang). Setelah MMS, tidak lama kemudian muncul sinetron sejenis di televisi lain.

Musisi—dalam hal ini personel grup band—populer yang pernah main dalam MMS antara lain Naif, Drive, Seurieus, Kangen, Dewi Dewi, The Titans, dan Timlo.

Vreda Wuiisan, Creative Producer AmaarDyo Pictura, perusahaan yang memproduksi MMS, tidak menampik bahwa MMS mendompleng popularitas grup band. "Bagaimanapun band yang ngetop atau pernah ngetop pasti punya banyak penggemar. Jadi, sinetron yang mereka bintangi pasti akan ditonton orang," katanya.

Perkiraan Vreda memang tidak meleset. MMS cukup diterima pasar. Buktinya, RCTI memperpanjang kontrak MMS untuk 13 episode ke depan. Vreda sekarang sibuk memburu band-band populer lainnya untuk main di MMS.

Karena popularitas grup band yang dijual, urusan kemampuan akting memang menjadi nomor sekian. Produser tampak tidak terlalu peduli apakah musisi yang mereka rekrut benar-benar bisa akting atau tidak. Mereka tutup mata bahwa para musisi hanya bisa melotot dan mengangakan mulut untuk menunjukkan rasa kaget, takut, atau marah. Mungkin para musisi ini meniru akting para bintang sinetron yang lebih mapan.

Masalah cerita

Seperti kebanyakan sinetron Indonesia, beberapa serial MMS juga memiliki kelemahan pada logika cerita. Tengok saja Serial MMS berjudul Aku Memaang Kampungan (huruf "a" pada kata memang sengaja ditambah satu menjadi memaang oleh produser) yang dibintangi personel Kangen Band.

Sinetron itu menceritakan lika-liku Kangen Band menjadi grup band ngetop. Awalnya, personel band ini terdiri dari para pemuda lusuh yang berprofesi sebagai tukang cendol, tukang nasi bungkus, tukang bangunan, dan penganggur. Mereka kemudian membentuk grup band bernama Kangen. Dalam waktu singkat mereka ngetop dan bisa rekaman.

Namun, karena mereka berasal dari kampung dan wajah mereka jauh dari cakep, mereka menjadi hinaan banyak orang. Dalam sinetron ini, sebagian dialog diwarnai dengan cercaan seperti "Lagunya sih bagus, tapi wajahnya ancur begini apa bisa jadi band ngetop", "Wajah ancur gitu mau jadi artis!", "Dasar band kampungan!".

Meski dihina, Kangen Band tetap ngetop. Kaset dan CD-nya laku keras sehingga kehidupan personelnya pun berubah 180 derajat. Mereka di Jakarta digambarkan naik mobil sedan dan tinggal di apartemen.

Namun, Andika (vokalis Kangen Band) pada akhirnya tidak tahan dengan cercaan itu dan memutuskan pulang kampung. Di kampung, Andika kembali berjualan cendol keliling. Tidak dijelaskan harta yang selama ini dia kumpulkan di Jakarta bablas ke mana saja sampai-sampai dia berjualan cendol keliling lagi.

Cercaan kepada orang kampung juga muncul pada serial MMS berjudul Kesempatan Kedua yang dibintangi Drive Band. Dikisahkan, Anji (vokalis Drive) malu karena pacarnya yang berasal dari udik. Saking malunya, Anji memperlakukannya dengan kasar seakan orang kampung itu menjijikkan.

Dengan karakter cerita seperti itu, MMS tidak memberikan pencerahan kepada penonton. MMS sekadar menegaskan betapa konyolnya sinetron Indonesia.-- (oleh Budi Suwarna,Kompas, Minggu, 23 Maret 2008)

Tidak ada komentar: