01 Maret 2008

Kebanggaan Shinta Puspitasari (Presenter TVOne)

Bekerja sebagai karyawan pada perusahaan asing dengan gaji relatif besar pula rupanya tak membuat Shinta Puspitasari Koesmedi merasa nyaman. Ketika sebuah televisi swasta baru membuka lowongan untuk posisi reporter dan presenter, Shinta pun mencoba.
Bagi lulusan Fakultas Komunikasi sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta ini, ada tantangan tersendiri untuk mencoba pekerjaan yang sesuai dengan jalur pendidikannya. Ketika akhirnya dia diterima, tanpa ragu Shinta meninggalkan pekerjaan lamanya. Sejak Juli 2001, dia mulai menggeluti dunia media.
Kali pertama terjun ke lapangan, Shinta langsung ditugaskan untuk reportase kriminal. Liputan yang dianggapnya cukup berat ketika itu. ''Tapi, aku enjoy aja menjalani karena aku senang dengan ritme kerja sebagai reporter yang harus selalu siap dan cepat dalam memburu berita,'' papar perempuan yang dilahirkan di Jakarta 14 Desember 1976 ini.
Malam itu, sejumlah aparat keamanan mengadakan razia. Mereka menciduk para pekerja seks komersial yang ada di sebuah kawasan. Yang mengejutkan, salah seorang yang turut terciduk adalah Shinta. Usut punya usut, ternyata Shinta ikut terangkut lantaran dia tidak dapat menunjukkan kartu identitas wartawannya. Bukan ketinggalan di rumah, kartu itu ternyata terselip di dalam tas. ''Ya seperti itulah pahit getir, sekaligus lucu dan menyenangkan yang pernah saya alami.''
Ibunda Narendra Wiratama Adindrathanaya Tjahja yang baru berusia 1,5 tahun ini memang memulai kariernya dari bawah. Pengalaman pahit, jam kerja yang tak jelas, serta beban tenggat waktu yang membayangi tak membuatnya menyesal memasuki dunia jurnalistik.
Bagi dia, tak sembarangan orang bisa menjalani apa yang ia lakukan dan mendapatkan banyak ilmu dari pekerjaan sebagai jurnalis. ''Asal semua dilakukan dengan enjoy, pasti nggak terasa berat.'' Tahun demi tahun dia lewati dengan menyenangkan. ''Pengalaman di lapangan banyak memberi pelajaran pada saya.''
Setahap demi setahap, kariernya pun menanjak. Kini, Shinta menjadi produser dan seorang news anchor TV One setelah tujuh tahun malang melintang di dunia jurnalistik televisi. Saat ini dia mendapat kepercayaan untuk menjadi news anchor sekaligus produser acara Kabar Petang TV One.
Meski berbekal pengalaman di lapangan, Shinta tetap merasa ada beban tanggung jawab yang lebih besar ketika menjadi news anchor. ''Karena saya harus memahami setiap isu yang saya bawakan dan tak boleh salah dalam menginformasikan kepada masyarakat. Kalau salah, ini akan berakibat fatal.''
''Apa ada yang kurang dari siaran saya tadi?''Pertanyaan itu senantiasa dilontarkan Shinta usai siaran. Lantaran menyadari dirinya mungkin masih banyak kekurangan, Shinta mengaku sangat senang bila orang memberi masukan untuknya entah itu pujian, komentar, atau kritik pedas sekalipun.''Saya justru senang dikritik, apa pun kritikannya, saya terima. Saya tak mau bekerja setengah-setengah, saya ingin menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.''
Kritik, untuk dia, adalah salah satu tahapan yang membuatnya bisa menjadi lebih baik. Justru saat semua orang diam, tidak berkomentar, atau melontarkan kritik, Shinta bakal kebingungan. Keseriusannya bekerja juga terdorong keinginan untuk membuat anak semata wayangnya, Rendra, merasa bangga pada sang ibu. ''Biar Rendra, bila dewasa nanti, bisa bangga pada ibunya dengan pekerjaan yang saya pilih.''
Di mata perempuan yang juga berbisnis mengelola event organizer bersama kakak perempuannya itu, sang anak juga harus berkorban dengan menerima konsekuensi atas pekerjaan yang ia pilih. Seperti frekuensi pertemuan ibu-anak yang minim kecuali saat libur saja. ''Saya tak mau pengorbanan Rendra sia-sia. Jadi, saya harus bisa membuatnya merasa bangga memiliki mama dengan pekerjaan seperti saya.''
Wawancara harus segera selesai. Sekitar 15 menit lagi, Shinta harus bersiap membawakan program asuhannya. Sebelum itu, Shinta masih sempat bertutur. Dia punya keinginan kuat untuk melanjutkan kuliahnya ke jenjang yang lebih tinggi. ''Saya ingin meneruskan S2. Biar saya bisa juga menjadi dosen, mengajar mahasiswa. Karena saya juga tak cuma ingin membagi pengalaman kerja saya kepada mereka, tapi juga menguasai ilmunya.'' fia
disalin dari republika 01/3/2008

5 komentar:

Gege Gra mengatakan...

Mbak...aku penggemar beratmu...celakanya..aku hanya punya 1 foto kecilmu di hapeku..aku senang gaya pnuampaian beritamu yang lugas n cerdas..i'm really2 like that....

Gege Gra mengatakan...

cerdas...lugas...cantik...

Anonim mengatakan...

saya pengemar beratmu yang ada jauh di jawa timur saya suka akan gayamu bicaramu dan tidak ketinggalan pula gaya rambut dan kecantikanmu

Anonim mengatakan...

Tadi lihat Mbak Shinta ngurus visa, waduh ayu ne rek...

Anonim mengatakan...

Saya ngefans banget ama ibu satu ini, selain anggun dan cantik, aku suka cara bawain acara di TV One, dari penggemar ibu shinta dari jatim, surabaya.