09 Maret 2008

'Harus Kritis Terhadap Media'

Jumlah sinetron remaja berlimpah. Sepanjang 2007 lalu, ada 274 judul sinetron berseliweran di layar kaca, terdiri dari 1.4762 episode dan 1.791 jam tayang. Porsi utama nyaris seluruh sinetron ini adalah kekerasan dan adegan amoral. Padahal sinetron ditonton lebih dari 100 juta penduduk Indonesia. Sinetron juga mendominasi top 20 program televisi favorit pemirsa. Harus seperti apa berhadapan dengan sinetron? Berikut petikan wawancara Republika dengan pengamat komunikasi Universitas Indonesia, Nina Armando, akhir Februari lalu.

Bagaimana seharusnya sikap orang tua soal buruknya sinetron remaja?
Orangtua harus punya keterampilan media literacy atau melek media. Jadi, mereka bisa kritis terhadap isi televisi, mengetahui isi media yang buruk dan tidak, sehingga bisa membuat pembatasan-pembatasan untuk anak. Anak tidak bisa dibiarkan menonton televisi begitu saja. Jangan pernah percaya terhadap klasifikasi Semua Umur (SU), Remaja (R), dan sebagainya. Mengapa? Klasifikasi itu tidak seluruhnya tepat. Disebut SU, ternyata isinya belum tentu aman untuk semua umur.

Langkah praktis apa yang bisa dilakukan?
Intinya orang tua harus melek media. Ini kemudian bisa diwuudkan dengan diet TV, mengatur pola menonton TV, atau membatasi anak menonton TV maksimal dua jam sehari. Kita perlu berdialog dengan anak terkait isi sinetron. Yang positif diangkat, yang negatif dibahas. Jangan biarkan anak nonton sendirian.

Betul bahwa tidak semua orangtua bisa melakukannya. Sebab ada pula orang tua yang bekerja. Maka orang-orang dewasa di rumah lah yang punya beban ini. Intinya kita harus bisa mendelegasikan itu kepada orang lain di rumah. Ini penting!

Apa dampak tayangan sinetron terhadap pola pikir remaja?

Media memberikan social learning. Media memberi gambaran kepada remaja bagaimana dia harus hidup. Termasuk gambaran cita-citanya. Saya beri contoh, kenapa tayangan Indonesian Idol dan program star search semacam itu populer di kalangan remaja? Kenapa modelling menjadi cita-cita banyak orang? Karena media mempopulerkannya, media terus menerus menggelorakannya. Jadi artis itu enak, populer, glamour, dan sebagainya. Anak-anak dan remaja banyak belajar dari situ. Jika dahulu banyak anak ingin menjadi dokter, sekarang banyak yang ingin menjadi artis.

Bagaimana sinetron yang baik menurut Anda?

Yang baik, menghibur, populer, dan bersih. Karya-karya Deddy Mizwar contohnya. Kemasannya adalah hiburan tapi isinya yang baik dan bersih. Kita tahu tayangan mistik dan lain-lain membawa efek buruk, efek antisosial. Kita sudah berkali-kali bicara ini tapi kenapa masih juga ada?

Siapa yang patut disalahkan?
Banyak pihak. Industrinya, produser, atau kreatornya. Mohon maaf mereka tidak bisa membawa pesan yang baik. Malah banyak orang televisi yang tidak mengizinkan anak-anaknya menonton televisi. Kenapa? Karena mereka tahu isinya buruk. Kalau begitu, apa bedanya dong mereka dengan pedagang narkoba? Menjual tapi nggak boleh menikmati. Tapi untuk masyarakat bodo amat. Di mana hati nuraninya?

Soal kebijakan, kita punya lembaga pengawas (Komisi Penyiaran Indonesia,red). Kita juga punya pedoman penyiaran. Kalau mengacu aturan, semua sinetron tidak boleh ditayangkan karenanya isinya melanggar. Tapi Apa aturan itu ditegakkan? Tidak, karena sistemnya tidak memungkinkan. Antara masyarakat, regulator dan industri terdapat hubungan segitiga. KPI seharusnya melindungi masyarakat dan industri penyiaran. Apa yang terjadi? KPI malah melindungi industri paenyiaran, bukan masyarakat.

Apa yang harus remaja lakukan?
Mereka harus kritis terhadap isi media, jangan menerima dengan pasif begitu saja. Karenanya semua orang harus punya pendidikan melek media, bahkan sejak dari anak-anak. Orang tua ini harus mengajari. mg04

Tips Diet Televisi
--Menonton televisi maksimal dua jam sehari
--Membatasi tayangan-tayangan tertentu untuk anak
--Mengatur waktu menonton yang tepat (sore atau malam) buat anak
--Mendampingi anak saat menonton televisi
--Memberi alternatif aktifitas pengganti nonton televisi

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=326235&kat_id=375

Tidak ada komentar: