Tayangan berita wafat dan pemakaman Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto di sejumlah stasiun televisi nasional, pada hari Minggu (27/1) - Senin (28/1), menaikkan jumlah pemirsa sekitar 1,4 persen - 16,5 persen.
Dari sejumlah program berita wafat dan dimakamkannya Soeharto yang ditayangkan oleh hampir semua stasiun televisi nasional pada hari Minggu - Senin, program berita bertajuk In Memoriam Pak Harto yang ditayangkan stasiun televisi SCTV pada Minggu (27/1), pukul 21:32 WIB - 22:43 WIB memperoleh rating tertinggi (6.5).
Berdasarkan data harian hasil survei elektronik kepemirsaan televisi AGB Nielsen Media Research yang diterima SP, baru-baru ini, jumlah pemirsa di Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Yogyakarta, yang menonton tayangan berita wafatnya Soeharto pada hari Minggu mencapai 5.504.000 pemirsa.
Jumlah tersebut meningkat 1,4 persen dibandingkan hari sebelumnya (Sabtu, 26/1) yang mencapai 5.005.000 orang, atau mencapai 15,3 persen dari total populasi individu yang memiliki televisi di empat kota tersebut dan berusia di atas 5 tahun yang berjumlah 36.008.962 orang. Sementara tayangan pemakaman Soeharto pada hari Senin ditonton oleh 5.935.000 pemirsa atau meningkat hingga 16,5 persen dari total populasi di keempat kota tersebut.
Communications Executive, AGB Nielsen Media Research, Andini Wijendaru mengatakan, pada hari wafatnya Soeharto, jumlah pemirsa televisi mulai mengalami lonjakan setelah pukul 13.00 WIB.
"Puncaknya terjadi sekitar pukul 14.00 WIB-14.29 WIB, dengan jumlah pemirsa mencapai 20,7 persen," jelasnya.
Sementara pada hari pemakaman Soeharto, jelas Andini, jumlah pemirsa televisi mulai menanjak pada pukul 05.30 WIB. Puncaknya terjadi antara pukul 12.30 WIB - 12.59 WIB, yang mencapai 8.999.000 pemirsa. Saat itu, seperempat populasi pemirsa televisi (25 persen) yang berada di rumah, menyaksikan layar kaca yang didominasi oleh tayangan pemakaman Soeharto.
"Data ini adalah persentase jumlah pemirsa televisi yang sangat fenomenal di empat kota tersebut," imbuhnya.
Berkat tayangan berita wafat dan pemakaman Soeharto, jelas Andini, selama dua hari sejumlah stasiun televisi nasional berhasil meningkatkan channel sharenya. TVRI Nasional perolehan share pemirsanya meningkat dua kali lipat di hari Minggu, dari 0,6 persen menjadi 1,4 persen.
"Perolehan share pemirsa TVRI Nasional kembali meningkat hingga 1,8 persen pada hari Senin," ungkapnya.
Menurut Andini, hal yang sama juga dialami stasiun televisi Metro TV yang mengalami kenaikan channel share lebih dari dua kali lipat, dari 2 persen menjadi 4,2 persen pada hari Minggu, dan menjadi 5,3 persen pada hari Senin.
"Beberapa stasiun televisi lain juga mengalami kenaikan channel share, tapi tidak sedrastis TVRI dan Metro TV," katanya.
Stasiun televisi SCTV, TPI, dan Indosiar merupakan tiga stasiun televisi yang memperlihatkan kenaikan share pemirsa. SCTV mengalami kenaikan dari 16,5 persen menjadi 20,8 persen pada hari Minggu, dan 22,7 persen pada hari Senin.
"Pada hari Senin, Indosiar mengalami kenaikan dari 10,9 persen menjadi 15,5 persen, dan TPI naik dari 7,7 persen menjadi 8,0 persen," tuturnya.
Andini menjelaskan, tayangan In Memoriam Pak Harto yang ditayangkan SCTV pada Minggu malam, menyedot perhatian pemirsa paling banyak, dengan rating mencapai 6.5 dan share 25.3.
Selanjutnya, kata Andini, disusul oleh tayangan Breaking News yang juga ditayangkan SCTV, sesaat setelah terdengar kabar wafatnya Soeharto, dengan perolehan rating mencapai 5.6 dan share 28.7.
"Begitu juga dengan tayangan bertajuk Selamat Jalan Jenderal Besar yang ditayangkan Indosiar pada Senin pagi selama empat jam, memperoleh rating 4.8 dan share 21.9," tandasnya.
Sementara itu, kepada SP, beberapa waktu lalu, Chief Operating Officer TPI, Nana Putra mengatakan, bahwa tayangan pemberitaan yang berkaitan dengan sakit hingga pemakamannya mantan Presiden Soeharto, tidak ditujukan untuk mendongkrak rating maupun jumlah penonton TPI.
"Karena kami tidak pernah mau memanfaatkan penderitaan orang demi mengeruk keuntungan sendiri," katanya.
Penyajian tayangan mengenai sakit hingga dimakamkannya mantan Presiden Soeharto, lanjut Nana, merupakan upaya TPI untuk dapat memenuhi rasa ingin tahu pemirsa TPI. Sebagai mantan presiden, pemberitaan mengenai Soeharto kala itu sangat menjadi perhatian masyarakat.
"Dan sebagai media massa kami berupaya menyajikan pemberitaan yang seobjektif mungkin, tanpa bermaksud berpihak pada siapa pun. Apa yang kami sajikan adalah merupakan fakta yang sesungguhnya," tandasnya. [Y-6]
Sumber: suarapembaruan.com, 06 februari 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar