03 Februari 2008

ARTIS VS INFOTAINMENT

Oleh Teguh Imawan

Kini Dhani Dewa 19 dirundung duka. Keluarganya diguncang prahara akibat efek negatif rumor pernikahan siri dirinya dengan Mulan sang vokalis grup band Ratu. Kemelut kian bergemuruh manakala ayah kandung Dhani mengomentari gosip yang membelit anaknya melalui infotainment (Jawa Pos, 22 Juli 2006). Melihat ayahnya, Eddy Abdul Manaf, bicara melalui infotainment, Dhani mengirimi pesan pendek bahwa ayahnya tolol. Secara terbuka Eddy Abdul Manaf membalas dan menganggap Dhani sebagai anak durhaka.

Sekelumit seteru itu kian mengukuhkan betapa dampak serius tayangan infotainment. Bagi artis, infotainment adalah ruang promosi mencari ketenaran, sehingga dirinya dapat berkiprah lebih jauh dalam jagat entertainment. Diberitakan infotainment bagi sebagian orang menjadi sarana efektif para new comer artis merintis dan menapaki tangga masuk dunia selebritis.

Bagi artis yang sudah mapan, infotainment dapat dijadikan zona melanggengkan dominasinya dalam dunia selebritis. Namun ada kalanya, infotainment dimanfaatkan oleh selebritis untuk mengembangkan citra yang berseberangan dengan imej glamor. Misalnya saja, mengundang awak infotainment guna meliput perayaan hari ulang tahun kelahirannya yang dirayakan bareng dengan anak fakir miskin, yatim piatu, atau kalangan masyarakat bawah.

Selain tindakan charity, melalui infotainment selebritis dapat memperlihatkan ke publik terhadap peristiwa di luar dunia keartisan. Misalnya, pemain sinetron Marshanda menjadikan hari ulangtahunnya sebagai momentum ikut serta membersihkan sampah di jalanan Jakarta, meski ia, keluarga, dan kawan artis berangkat dari sebuah hotel.

Yang lazim, artis yang mapan dapat mengundang infotainment untuk menayangkan aktivitas yang di luar kelaziman, atau nyleneh. Kenyelenehan itu masih terkait erat dengan upaya artis atau selebritis merangkul penghargaan dari pemirsa dengan melakukan aktitivas berbau kepedulian kepada sesama.

Seperti misalnya, ke lokasi tempat meledaknya bom Bali, Bom JW Marriot, Bom Kuningan, peduli korban bencana nasional Tsunami, gempa Maumere, flu burung, demam berdarah, kenaikan BBM/tarif listrik, pekan imunisasi polio. Bagi infotainment yang memang dipahami sebagai tayangan sang artis-selebritis sedang melakukan apa, maka kesemuanya itu adalah layak liput.


Tak Seiring
Hubungan artis dengan infotainment tidak selalu sejalan seiring. Ada beberapa contoh mengenai relasi infotainment dengan narasumber yang bermasalah. Simak saja pengakuan mantan istri muda Si Raja Dangdut Rhoma Irama, Angel Lelga. Nama Angel Lelga melejit setelah menjadi istri muda Rhoma Irama. Tali ikatan pernikahan Angel dengan Rhoma yang dikemukakan Rhoma saat perceraiannya, membuat Angel menjadi target buruan wartawan cetak dan elektronik.

Ketika disinggung mengenai seringnya wajah dirinya muncul di berita-berita infotainmen sebagai bentuk ajang promosi gratis menjawab bahwa dirinya malahan tidak berpandangan seperti itu. Angel malah lebih setuju kalau infotainmen itu berisi berita-berita positif tentang si artis, jangan hanya mengumbar sisi gosipnya saja. “Justru saya menilai, infotainmen-lah yang banyak mengambil keuntungan dari si artis, bukan si artis yang mengambil keuntungan dari situ,” tandas Angel Lelga.

Pernikahan Angel Lelga dengan Rhoma Irama memang mengandung banyak komentar. Karena di dalamnya banyak hal yang diberitakan berbau kontroversial. Mulai dari isu nuansa poligami yang menyelimuti perkawinan Angel dengan Rhoma Irama. Seperti diketahui ketika menikahi Angel, status Rhoma masih sebagai suami sah dari Rica Rachim. Di luar itu, diungkit pula perbedaan dua insan usia yang terpaut begitu jauh yaitu sekitar 40 tahunan.

Tatkala Angel dicerai oleh Rhoma Irama, dirinya memiliki cerita tersendiri mengenai bagaimana infotaintmen memberitakan peristiwa yang dialaminya. Angel mengungkapkan kepada media sebagai berikut,”Saat itu kondisi saya memang kurang sehat. Banyak masalah yang harus saya hadapi. Bang Haji lagi sakit, belum lagi gosip-gosip enggak enak terus menyerang saya.

Akibatnya kondisi saya drop. Nah yang namanya infotainmen itu selalu membesar-besarkan berita. Jadi orang tahunya saya pingsan karena dicerai Bang Haji. Padahal perceraian itu sendiri sudah dikomunikasikan sebelumnya”. Boleh dibilang, Angel Lelga “kalah bertempur” melawan infotainment.

Sedangkan posisi sebaliknya diperlihatkan oleh pasangan artis Nia Zulkarnaen dan Ari Sihasale, yang rumah tangganya digosipkan di ambang perceraian. Nia sendiri tidak mengerti darimana asal berita tak benar tersebut. Infotainment yang hendak diperkarakan tidak tinggal diam. Melalui tayangan episode berikutnya, pengelola infotainment menyikapi tuntutan pasangan Nia-Ale dengan melakukan “ralat secara malu-malu”.

Versi infotainment, persoalan telah diselesaikan secara kekeluargaan. Pangkal kesalahan diakui bermuasal pihak infotainment menurunkan berita yang tidak lengkap. Pengelola infotainment merasa kesalahan bersifat manusiawi karena wartawannya masih muda dan masih membutuhkan arahan dari artis senior dan organisasi kewartawanan.

Selanjutnya, infotainment mencoba merangkul narasumber dengan menggiring ke persoalan yang lebih besar. Misalnya, mengangkat soal hubungan artis dengan wartawan yang saling membutuhkan. Sehingga apa pun keadaannya, dua pihak ini perlu selalu membangun kebersamaan. Contoh kasus ini mengindikasikan kerasnya kompetisi produksi infotainment yang berujung petaka, karena pengelola yang kurang profesional.

Padahal infotainment adalah komponen yang dibutuhkan bagi kesehatan bisnis industri televisi yang kompetitif saat ini. Namun, ini tidak dengan sendirinya berarti infotainment menafikan dampak buruk tayangannya. Karenanya, program infotainment perlu tumbuh berpupukkan etika dan tunduk standar profesionalisme dalam dunia jurnalistik. –

Jawa Pos 26 Juli 2006, halaman opini

Tidak ada komentar: