13 Februari 2010

"Juraganisme" Ancaman Terbesar Jurnalisme

Jakarta, Kompas - Ancaman terhadap kebebasan pers dan juga para insan pers banyak mengalami pergeseran. Jika sebelumnya potensi ancaman banyak berasal dari luar kalangan pers seperti sistem, negara, dan kelompok masyarakat, saat ini ancaman bersumber dari dalam sendiri, terutama pemilik modal atau pengusaha media massa.

Penilaian itu terlontar dalam diskusi Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI) bertema "Kebebasan Pers Terancam", Kamis (11/12). Hadir sebagai pembicara Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saifuddin, Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso, anggota Komisi I DPR Effendy Choirie, dan anggota Dewan Pers Wikrama I Abidin.

"Sekarang ancaman utama terhadap wartawan dan kebebasan pers bukan lagi berasal dari pemerintah, TNI, polisi, politisi, melainkan sudah bergeser ke pihak pengusaha media dan pemodalnya. Mereka menjadi ancaman bagi wartawan dan pers dalam menjalankan peran mereka secara benar dan berimbang," ujar Choirie.

Choirie mengkritik campur tangan para pemodal dan pengusaha media selama ini, terutama terhadap pemberitaan di media yang mereka miliki. Intervensi mereka, tambahnya, akan sangat sulit ditolak, baik oleh para wartawan dan pekerja media massa yang bersangkutan maupun oleh masyarakat.

Dalam kondisi seperti itu, Choirie menyarankan perlunya dialog intensif antara pihak pemodal dan kalangan pers. Seorang pemilik modal harus paham media massa yang punya hukum dan nilai sendiri. Selain itu, juga perlu adanya tekanan dari kalangan organisasi profesi kewartawanan yang ada.

Pendapat senada juga disampaikan Priyo. Menurut dia, ancaman dari para penyelenggara negara tidak lagi perlu terlalu dikhawatirkan. Dia justru mengingatkan agar kalangan pers justru jauh lebih mengkhawatirkan intervensi dan campur tangan dari kalangan dalam, para pemilik modal sendiri.

"Pers, karena saling terkait, tidak mungkin mereka hanya mendasarkan pada idealisme, tapi juga harus mempertimbangkan soal marketing dan industrialisasi. Lantas apakah dan siapa mengancam kebebasan pers?" tambah Priyo.

Wikrama juga mengkritik keterlibatan pemilik modal perusahaan media massa saat ini. Kondisi itu mengubah apa yang sebelumnya disebut sebagai jurnalisme menjadi "juraganisme". Dia juga mengingatkan tidak sedikit pengusaha dan pemilik modal media massa tidak berasal dari kalangan pers.

"Mereka hanya menilai semua hal dari keuntungan dan melihat wartawan menjadi sekadar angka. Tidak ada lagi human touch. Fakta dikemas jadi versi pemilik modal yang tentunya profit oriented. Sekarang yang ada bukan jurnalisme dengan idealisme, tapi sudah sekadar 'juraganisme' pemilik modal," tambahnya. (DWA) - http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/02/13/03152754/juraganisme.ancaman.terbesar.jurnalisme

Tidak ada komentar: