25 Oktober 2009

Berburu Ilmu ke Negeri Kanguru

Putu Fajar Arcana -- Pagi itu suhu udara berkisar 12 derajat celsius. Lobi stasiun televisi ABC di kawasan 700 Harris Street, Ultimo, Sydney, Australia, dipenuhi ratusan orang tua. Mereka rata-rata mengenakan mantel wol untuk menghangatkan tubuh. Shooting acara "The New Inventors", Jumat (16/10), baru akan dimulai sekitar pukul 13.00, tetapi para orang tua itu rela antre memperoleh tiket masuk sejak pukul 11.00.

Pemandu kami selama di Sydney, Veronica, boleh dipuji dalam soal melobi agar rombongan Black Innovation Awards Goes To Australia meluncur lebih dulu ke dalam studio. Tugasnya menyenangkan hati anggota rombongan berhasil dengan baik. Siang itu, stasiun ABC akan merekam New Inventors 2009 episode "Winner" yang menampilkan tiga penemu dengan keunggulan temuan dan desain masing-masing.

Ketika acara rekaman dalam format talk show yang dipandu komedian populer Australia, James O'Loghlin, dimulai, Bharoto Yekti, pemenang Black Innovation Awards 2009, tampak sangat serius. Barangkali ia sedang membandingkan hasil temuannya berupa "Templast Sampah" dengan hasil temuan orang-orang Australia.

The New Inventors diformat sebagai acara kompetisi untuk mencari inovasi-inovasi produk teknologi, baik untuk menyempurnakan temuan-temuan yang telah ada maupun menguji temuan-temuan baru. Oleh karena itu selain pemandu, acara ini selalu menampilkan panelis yang sekaligus bertindak sebagai juri. Siang itu tampil sebagai panelis dan juri Christine Kininmonth, penemu dan broadcaster, James Bradfield Moody, ahli mesin, dan Richard Vaughan, seorang guru.

Para peserta diharuskan melakukan demo hasil temuannya di depan juri dan penonton. Selain itu, para juri pun secara aktif bertanya dan mendebat peserta. Acara ini menjadi menyenangkan karena obrolan-obrolan dan perilaku yang ditunjukkan James O'Loghlin. Saat Roland Butcher mendemonstrasikan hasil temuannya berupa "Live Lens", misalnya, Loghlin bertingkah sebagai pembeli di sebuah pasar swalayan yang mengenakan topi dan bermaksud jahat. Ketika ia tiba di depan kasir, di mana Roland siap dengan mesin hitungnya, adegan menjadi penuh canda, karena sesungguhnya Roland sudah menyiapkan seorang pemeran. "Oh maaf Anda pemerannya," kata Loghlin sembari mengembalikan topi. Penonton pun gembira dan bertepuk tangan.

Kemenangan

Rancangan Roland berupa chip yang dipasang di sela lensa kamera CCTV. Chip ini memberi kemungkinan hasil pengintaian menjadi lebih sempurna. Dalam demo ditunjukkan chip yang disambungkan langsung pada komputer ini berhasil menembus bayang gelap di sekitar wajah seseorang yang disebabkan topi, misalnya. "Dengan sekali tekan tombol, Anda akan tahu siapa di balik topi," ujar Roland.

Rancangan bernama "Drainwaves" temuan David Fisher dan Quintin Davenport menjadi saingan berat "Live Lens". David dan Quintin menemukan teknologi flush pada tabung kloset yang bisa mengirit air sampai 50 persen. Temuan ini berupa sebuah tabung yang ditambahkan pada instalasi pembuangan kloset. Ketika tombol flush ditekan, air yang mengalir ditampung terlebih dahulu pada tabung yang disebut drainwave. Cara bekerja drainwave amat sederhana. Air yang masuk hanya ditampung pada sebilah penampang. Apabila penampang sudah terisi air maksimal, maka ia bergerak seperti timbangan sembari mendorong air ke jaringan pipa dengan mengandalkan gravitasi. Drainwave dalam motonya memang diciptakan untuk mengefisienkan penggunaan air.

Dewan juri saat itu memang akhirnya memilih "Live Lens" temuan Roland sebagai pemenang. Mereka memberi pertimbangan temuan ini akan lebih cepat dan mudah diserap dunia industri. Kemenangan itu membuat Roland berhak menuju grand final yang akan bersaing dengan 19 temuan lain pada akhir tahun. Roland menyatakan, "Saya butuh 10 tahun untuk pekerjaan ini," kata dia bangga sembari memperlihatkan piala kemenangan.

Seusai acara, Herris Satya dari Megapro Communications yang menggarap Black Innovation Awards sejak tiga tahun lalu berbisik, "Seandainya televisi kita mau sedikit serius, tentu sudah banyak penemuan di negara kita yang bermanfaat." Asal tahu, stasiun ABC meluncurkan program The New Inventors sejak 11 tahun silam. Sampai kini telah membuat 200 episode dengan lebih dari 750 penemuan. Sebagian besar dari penemuan-penemuan itu sudah dipatenkan dan bahkan diproduksi secara massal oleh dunia industri.

"Saya belajar banyak," ujar Bharoto Yekti yang tampak sangat menikmati perjalanannya di Sydney. Sebagai anak negeri, ia bangga bisa melihat langsung paduan antara dunia gagasan dan hiburan di televisi. Dunia gagasan yang teraktualisasikan pada penemuan terasa hadir begitu segar setelah dikemas televisi. Dengan begitu, penemuan-penemuan mutakhir tidak disimpan di gudang-gudang suram sebagaimana kita temui pada hasil kompetisi teknologi tepat guna di bidang pertanian di negeri ini. Sayang, bukan?

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/25/0309395/berburu.ilmu.ke.negeri.kanguru

Tidak ada komentar: