11 Juni 2008

Jufri, Karya Pertanian di Frekuensi Radio

Agnes Rita Sulistyawaty

Tak ada latar belakang pertanian dalam hidup Jufri Nazaruddin (46). Dorongan untuk perubahanlah yang membuat Jufri bersemangat menjalankan radio komunitas berbasis informasi pertanian sekitar tiga tahun terakhir.

Ketika merintis radio Agro FM 107,7 MHz di Kecamatan IV Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Jufri sedang mengelola radio pendidikan, Tiramita FM. Namun, keprihatinan melihat kondisi petani di sekitar tempat tinggalnya membuat pria tamatan IAIN Imam Bonjol, Bukittinggi, ini, bersama Forum Komunitas Peduli Petani, menerima tawaran mendirikan Agro FM. Setahun kemudian, ia rela Tiramita FM tutup demi berkonsentrasi pada Agro FM.

Jufri berusaha merealisasikan radio yang akan memberikan informasi tentang pertanian kepada pendengarnya. Dengan dana utama dari kantong sendiri, ditambah sedikit tambahan dari kawan-kawan, ia membeli pemancar bekas Rp 2,5 juta dan sebuah tower sementara.

"Peralatan selebihnya dibeli bertahap setelah radio mulai mengudara, 31 Juli 2005," tutur Jufri yang menjadi salah satu penyiar acara petang hingga malam di Agro FM, selain tiga penyiar lain dan dua pegawai administrasi.

Tiga tahun setelah berdiri, radio ini baru mempunyai dua komputer, belum ada internet. Materi siaran diambil dari koran lokal dan sejumlah majalah pertanian. Banyak membaca buku pertanian, berdiskusi dengan pakar pertanian, serta mencoba bertani sendiri dilakukan Jufri untuk menambah pengetahuannya seputar pertanian.

Studio radio menempati sebuah sudut ruangan di kantor Pasar Agropolitan Agam, yang belum beroperasi sebagai pasar. "Kami diberi kesempatan Pemkab (Pemerintah Kabupaten) Agam untuk menempati pasar ini, sampai punya ruangan sendiri," kata Jufri.

Sebuah ruangan difungsikan sebagai studio siaran. Ruangan lain dijadikan tempat produksi sekaligus kantor. Papan nama Agro FM diletakkan di luar gedung yang terletak di tepi jalan Bukittinggi-Payakumbuh itu.

Dibiayai sendiri

Biaya operasional radio selama dua tahun pertama berasal dari kantong Jufri. Gajinya sebagai guru honor di SMK Paramita, Bukittinggi, digunakan membiayai operasional radio yang minimal menghabiskan Rp 2 juta per bulan.

"Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar kemudian mengambil alih radio karena saya tak punya dana lagi untuk membiayai radio," tuturnya tentang biaya operasional yang dibantu Pemerintah Provinsi Sumbar, terutama untuk honor penyiar.

Meski berupa radio komunitas, Agro FM berizin prinsip dari Menteri Komunikasi dan Informatika. "Mungkin hanya kami, radio komunitas yang punya izin lengkap. Untuk mengurus izin itu, investasi alat tersendat 1,5 tahun," katanya tentang siaran radio yang bisa didengar di sejumlah tempat di empat kabupaten/kota di Sumatera Barat, yakni Agam, Bukittinggi, Tanah Datar, dan Payakumbuh.

Sejauh ini materi siaran masih menjadi tantangan yang dihadapi Jufri, terlebih karena dia tak punya latar belakang pertanian. Kedekatan dengan pemerintah serta berbagai kelompok pertanian membuat Jufri mendapatkan bantuan materi siaran pukul 07.00-23.00.

Lewat siaran radionya pula, petani maupun pedagang mengetahui pergerakan harga komoditas pertanian, setidaknya pergerakan harga komoditas pertanian di Pasar Raya Kota Padang, yang berjarak lebih dari 100 kilometer dari lokasi studio radio ini.

Dorongan lingkungan

Ada perbedaan tajam antara petani di kampung kelahiran Jufri dan petani di sekitar tempat tinggalnya kini. Di Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, tempat kelahiran Jufri, petani hidup dengan berlimpah hasil. Lahan pertanian subur dan luas, memberikan kelebihan bagi petani. "Rata-rata petani bisa menjual beras setiap kali panen," ucapnya.

Tahun 1991, setelah pindah ke Kanagarian Panampang, Kecamatan IV Angkek, ia mendapati pemandangan berbeda. Petani di sekitar daerah ini hidup berkekurangan. Sawah mereka tak luas dan kondisi tanah kering. Begitu keringnya sehingga panen padi hanya dapat dilakukan sekali setahun. Mereka malah sering membawa hasil pertanian lain untuk ditukarkan dengan beras di pasar.

Keresahan atas situasi di sekitarnya itu mendorong Jufri melakukan perubahan. Bermodalkan keterampilan di dunia radio, dia bertekad memotori pendirian radio yang mengupas masalah pertanian, permasalahan yang dekat dengan kehidupan pendengar.

"Ketika awal mendirikan radio, saya berpikir radio ini harus ada manfaatnya," kata Jufri yang lewat siaran radionya berbagi model pertanian yang lebih baik. Dia ingin isi siaran bisa menjadi bahan pembelajaran bagi petani.

"Seorang pendengar pernah bercerita, dulu tanah miliknya tidak bisa ditanami. Tetapi, setelah mendengarkan siaran Agro FM, dia mulai memahami cara mengolah tanah. Sekarang, tanah itu sudah bisa ditanami," kata Jufri bersemangat.

Pendengar setia Agro FM, Wilmas, juga menyediakan lahan percontohan seluas 50 x 50 meter. Di lahan itulah Jufri membantu pembiayaan pertanian organik sesuai dengan materi yang disiarkan Agro FM. Upaya ini berhasil, maka sejumlah petani lalu belajar langsung cara bertani organik.

Ia juga mengusahakan temu darat dengan pendengar sekali sebulan, untuk berbagi pengetahuan seputar dunia pertanian. Temu darat ini dimulai dari inisiatif para petani yang kerap mendengarkan siaran Agro FM. Kadang, ia juga mendatangkan ahli pertanian, seperti para penyuluh pertanian dan aktivis pertanian.

Jufri sadar apa yang dilakukannya itu belum berarti banyak bagi kehidupan para petani. Apalagi mengubah kebiasaan bertani bukanlah perkara mudah. Tetapi, setidaknya, ia telah memulai....

Berawal sebagai Penyiar

Radio bukan dunia yang jauh dari Jufri. Sejak tahun 1979 dia menjadi penyiar di Radio Bimantara, Bukittinggi. Pria kelahiran Tilatang Kamang, 25 Juli 1962, ini kemudian berpindah sebagai penyiar di Radio JBS Bukittinggi pada 1981-1985.

Tahun 2002 dia mendirikan Radio Tiramita yang banyak menyiarkan masalah pendidikan. Setelah Agro FM berdiri tahun 2005, Radio Tiramita ditutup pada 2006 karena ia kesulitan mencari pengganti untuk mengelola radio.

Suami Yulismar (44) ini tidak mempunyai latar belakang pendidikan komunikasi. Jufri menamatkan pendidikan di SDN Koto Lawas, Madrasah Tsanawiyah Bukareh, Madrasah Aliyah Negeri Gulai Bancah Bukittinggi, dan Jurusan Syariah IAIN Imam Bonjol Bukittinggi. Ia lulus pada 1984.

Jufri pernah menjadi guru pada tahun 1991-2007 di sejumlah sekolah. Dia juga sempat menggeluti bisnis sablon untuk menambah penghasilan keluarga ketika masih menjadi guru.

Kedekatan dia dengan radio membuat Jufri dipercaya menjadi Ketua Radio Komunitas Sumatera Barat untuk periode 2004-2009. (ART)

http://cetak.kompas.com/sosok 11 juni 2008

1 komentar:

Unknown mengatakan...

saya sangat tertarik dengan profil pak JUfri, apalagi nana juga pernah berkecimpung di dunia radio komunitas sebelum akhirnya saya pindah keradio swasta. saat ini nana sedang berkerja dis ebuah NGO dan program kami sangat berhubungan dengan pertanian oleh karena itu kami bermaksud untuk untuk mengundang beliau, oleh karena itu mohon informasi dan contact person pak JUFRI
atau bisa menghubungi nana di email
nanacicio@gmail.com
atau
nana_kheisya@yahoo.com
terimakasih