Kelik dan Effendi Gazali Garap Parodi Politik
Dulu Teman Sekarang Saingan
Hijrah ke tvOne, acara parodi politik Republik Mimpi punya saingan. Stasiun asal mereka, Metro TV, kini juga memiliki program sejenis yang diberi judul Democrazy.
Bintang utama Democrazy adalah Ucup Kelik, mantan pemeran Wapres JK di Republik Mimpi. Dua pihak yang dulu bekerja sama tersebut kini menjadi kompetitor. Menanggapi itu, Kelik mengaku berusaha melihat dari sisi positif. "Dibikin senang saja. Menurut saya, sangat baik acara seperti ini berkembang. Makin banyak saingan semakin baik," kata Kelik.
Hal senada diungkapkan Effendi Gazali, penggagas Republik Mimpi. Dosen pascasarjana komunikasi politik Universitas Indonesia itu mengaku senang jika ada saingan. "Saya kira sudah saatnya acara parodi politik di Indonesia mulai berkembang. Saya harap lebih banyak lagi karena itu salah satu cermin demokrasi," ungkapnya.
Saat keluar dari Republik Mimpi, Kelik mengaku sedang mengalami kejenuhan. Dia ingin terlibat dalam acara yang benar-benar menghibur. Tidak berbau politik sedikit pun. Itu dilakukannya lewat acara Asal Pelesetan tayangan antv.
Lalu, kenapa sekarang kembali lagi bercanda dengan politik? "Tujuan saya hanya ingin kembali untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat bahwa ngomongin politik tidak harus selalu mengerutkan dahi," jawabnya.
Harapan Kelik, masyarakat tetap memahami pokok permasalahan ditambah bonus tertawa saat menyaksikan acaranya. Meski demikian, Kelik mengaku tidak ingin memberikan cap komedian intelektual kepada diri sendiri. Menurut dia, hal itu sangat naif. "Bagi saya, naif itu capek. Naif-naif (naik-naik, Red) ke puncak gunung itu lho. He he he," candanya.
Dalam Democrazy, Kelik berperan sebagai Wapres. Tugasnya memberikan tanggapan atas permasalahan yang dibahas dalam tayangan berkonsep Dewan Parodi Rakyat (DPR) itu. Kelik dituntut benar-benar mengerti permasalahan.
Beruntung, Kelik sejak lama langganan 10 koran. Di rumahnya, kawasan Kaliurang, Jogjakarta, setiap pagi Kelik melahap habis berita-berita yang dimuat semua surat kabar itu. Jika masih kurang, dia akan browsing di internet.
"Syuting Democrazy setiap Sabtu. Seminggu sebelumnya, temanya sudah ditentukan. Saya pelajari selama seminggu itu. Ibarat mau berperang, saya sudah siap amunisi," katanya.
Kelik merasa lebih nyaman menjadi Wapres di Democrazy. Selain lebih leluasa dan santai, dia mengaku tidak ngoyo seperti sebelumnya. "Dulu (di Republik BBM dan Republik Mimpi, Red) kan lebih serius karena mungkin masih membangun image. Sekarang tidak," terangnya.(gen/ayi)
disalin dari jawa pos 8/3/2008
Dulu Teman Sekarang Saingan
Hijrah ke tvOne, acara parodi politik Republik Mimpi punya saingan. Stasiun asal mereka, Metro TV, kini juga memiliki program sejenis yang diberi judul Democrazy.
Bintang utama Democrazy adalah Ucup Kelik, mantan pemeran Wapres JK di Republik Mimpi. Dua pihak yang dulu bekerja sama tersebut kini menjadi kompetitor. Menanggapi itu, Kelik mengaku berusaha melihat dari sisi positif. "Dibikin senang saja. Menurut saya, sangat baik acara seperti ini berkembang. Makin banyak saingan semakin baik," kata Kelik.
Hal senada diungkapkan Effendi Gazali, penggagas Republik Mimpi. Dosen pascasarjana komunikasi politik Universitas Indonesia itu mengaku senang jika ada saingan. "Saya kira sudah saatnya acara parodi politik di Indonesia mulai berkembang. Saya harap lebih banyak lagi karena itu salah satu cermin demokrasi," ungkapnya.
Saat keluar dari Republik Mimpi, Kelik mengaku sedang mengalami kejenuhan. Dia ingin terlibat dalam acara yang benar-benar menghibur. Tidak berbau politik sedikit pun. Itu dilakukannya lewat acara Asal Pelesetan tayangan antv.
Lalu, kenapa sekarang kembali lagi bercanda dengan politik? "Tujuan saya hanya ingin kembali untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat bahwa ngomongin politik tidak harus selalu mengerutkan dahi," jawabnya.
Harapan Kelik, masyarakat tetap memahami pokok permasalahan ditambah bonus tertawa saat menyaksikan acaranya. Meski demikian, Kelik mengaku tidak ingin memberikan cap komedian intelektual kepada diri sendiri. Menurut dia, hal itu sangat naif. "Bagi saya, naif itu capek. Naif-naif (naik-naik, Red) ke puncak gunung itu lho. He he he," candanya.
Dalam Democrazy, Kelik berperan sebagai Wapres. Tugasnya memberikan tanggapan atas permasalahan yang dibahas dalam tayangan berkonsep Dewan Parodi Rakyat (DPR) itu. Kelik dituntut benar-benar mengerti permasalahan.
Beruntung, Kelik sejak lama langganan 10 koran. Di rumahnya, kawasan Kaliurang, Jogjakarta, setiap pagi Kelik melahap habis berita-berita yang dimuat semua surat kabar itu. Jika masih kurang, dia akan browsing di internet.
"Syuting Democrazy setiap Sabtu. Seminggu sebelumnya, temanya sudah ditentukan. Saya pelajari selama seminggu itu. Ibarat mau berperang, saya sudah siap amunisi," katanya.
Kelik merasa lebih nyaman menjadi Wapres di Democrazy. Selain lebih leluasa dan santai, dia mengaku tidak ngoyo seperti sebelumnya. "Dulu (di Republik BBM dan Republik Mimpi, Red) kan lebih serius karena mungkin masih membangun image. Sekarang tidak," terangnya.(gen/ayi)
disalin dari jawa pos 8/3/2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar