18 Februari 2008

Magis Sentuhan Tangan Putra Mahkota

Orang-Orang Muda Lokomotif Bisnis Pertelevisian di Tanah Air (3-Habis)
Tunggu Sentuhan Tangan Dingin Putra Mahkota
Masuknya Anindya Bakrie ke dalam konsorsium yang mengambil alih PT Lativi Media Karya -pengelola tvOne (dulu Lativi)- adalah "pertaruhan" berikutnya bagi putra sulung pengusaha Aburizal Bakrie itu. Akankah kali ini dia berhasil seperti saat mengentas nasib antv dahulu?
DIA sering disebut-sebut sebagai sang "putra mahkota" pengusaha Aburizal Bakrie. Saat sang ayah lengser dari dunia bisnis dan sibuk mengurus negara seperti saat ini, Anin -panggilan akrab pria bernama lengkap Anindya Noverdian Bakrie- lah yang sering tampil mewakili Grup Bakrie.
Ditemui Jawa Pos di sela-sela acara peluncuran tvOne di Plenary Hall, Senayan, Anin tampil seperti biasanya: baju lengan panjang dan rambut yang tersisir rapi.Dia mengaku optimistis bahwa PT Lativi Media Karya yang dikelola bersama dua rekan kongsinya, pengusaha Erick Thohir (Grup Mahaka) dan Rosan P. Roeslani (Recapital) sukses mengangkat nama tvOne. Tidak takut dengan kewajiban-kewajiban PT Lativi yang menggunung, termasuk kasusnya yang kini ditangani Kejaksaan Agung? Menurut Anin, semua kewajiban itu akan diselesaikan.
Anin bersama Erick Thohir memang akan saling bagi tugas. Erick yang didapuk sebagai direktur utama akan menangani tvOne sehari-hari. Sedangkan Anin yang lulusan MBA di Stanford University, California, Amerika, bakal membenahi kinerja keuangan. Salah satu langkah mendesak yang dilakukan adalah merapikan pembukuan. "Jadi utang-utang yang selama ini ada jelas harus dibayar. Sudah ada skema khusus yang kami buat untuk melaksanakan hal itu. Tapi, memang tidak bisa kami ungkapkan secara luas ke publik," kata pria kelahiran 10 November 1974 itu.
Meski berpindah kepemilikan (dari pengusaha Abdul Latief), Kejaksaan Agung (Kejagung) pekan lalu menegaskan akan tetap melanjutkan proses hukum kasus kredit macet PT Lativi Media Karya sebesar Rp 328,5 miliar di Bank Mandiri. Pengalaman menangani bisnis televisi yang sakit sebetulnya bukan hal baru bagi Anin.
Bahkan, dia tampil menjadi penerus dinasti Bakrie bukan sekadar "hadiah" karena anak Aburizal Bakrie. Tapi, itu dicapai lewat ujian yang sangat berat. Itu bermula pada 2002, saat kondisi keuangan PT Cakrawala Andalas Televisi (antv) berdarah-darah dan programnya ditinggal para pemirsa.Meski antv adalah perusahaan di bawah Grup Bakrie, Anin -yang ingin tampil tanpa mendompleng nama besar Bakrie- masuk ke antv lewat Capital Management Asia (CMA). Perusahaan yang berkantor pusat di Singapura itu didirikan Anin bersama beberapa rekan sealumni di SMA Pangudi Luhur serta semasa kuliah di Amerika Serikat.
Saat tampil sebagai presdir, antv sudah di ambang bangkrut. Utang perusahaan mencapai Rp 1,2 triliun. Dari jumlah itu, Rp 1 triliun di antaranya adalah utang korporasi. Namun, tantangan itu dihadapi dengan kepala dingin.Anin lalu menempuh skema yang disebut PKPU (penundaan kewajiban pembayaran utang) di Pengadilan Niaga Jakarta. Berkat kepiawaiannya, Anin yang pernah bekerja sebagai pengamat finansial di Salomon Smith Barney Inc, New York, memperoleh dukungan para kreditor.
Langkah restrukturasi yang dilakukan terbukti mampu mendongkrak kinerja perusahaan tersebut sehingga lolos dari likuidasi. Saham keluarga Bakrie pun kembali mayoritas di antv. Bahkan, Rupert Murdoch, bos News Corp kepincut. Melalui anak usahanya, yakni Star TV, Murdoch akhirnya membeli 20 persen saham antv.Bagaimana tvOne? Menurut Anin, tidak ada target yang muluk-muluk dari proses restrukturasi tvOne yang akan dilakukan. "Yang penting launching-nya sukses, programnya berjalan sesuai dengan visi dan misi yang kami rencanakan," ujarnya.
Saat ditanya tentang ketatnya kondisi industri pertelevisian, Anin mengkui bahwa kompetisi industri saat ini memang ketat. Hal itu wajar karena pertumbuhan industri pertelevisian 25-30 persen per tahun. Bapak dua orang anak, Anindhita Anestya Bakrie dan Anindra Ardiansyah Bakrie, itu menjelaskan bahwa industri pertelevisian di bumi pertiwi masih memiliki peluang yang cukup besar. "Asal segmennya jelas. Untuk tvOne, segmen kami cukup jelas. Kami akan fokus pada tayangan berita dan olahraga," tutur Presdir PT Bakrie Telecom Tbk, pemegang brand operator Esia itu.
Dengan segmentasi tersebut, Anin membidik angka share audience di atas fare share. "Fare share itu kan asumsi bahwa setiap stasiun TV memiliki share yang sama. Jadi, kalau ada 10 stasiun TV, fare share-nya kan 10 persen. Kami ingin tvOne berada di atas itu," tambah Anin.
Tentang banyaknya orang muda yang terjun di bisnis tersebut, Anin menegaskan bahwa industri itu sebetulnya bukan melulu milik orang muda. Yang jelas, kata dia, pebisnis industri pertelevisian harus memahami benar kondisi demografi di Indonesia. "Dengan angka demografi yang 65 persen berusia di bawah 40 tahun, mereka yang terjun di bisnis ini harus memahami karakter demografi tersebut," kata suami Firdiani itu.
Yang menarik, meski selama ini secara bisnis Anin yang tercatat sebagai presdir antv harus bersaing ketat dengan Fofo Sariaatmadja (bos SCTV) maupun Erick Thohir (Jak TV), pertemanan ketiganya selalu terjaga. "Oh, kami sangat akrab. Kami sering ngumpul-ngumpul untuk ngobrol-ngobrol, bukan hanya masalah pekerjaan," kata pria yang aktif di Pengurus Besar Forki (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia) itu. (el)

Tidak ada komentar: