17 Februari 2010

PBB: Sepanjang 2009, 70 Wartawan Terbunuh Saat Bertugas

Novi Christiastuti Adiputri - detikNews

(Foto: Inner City Press)

Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan sebanyak 70 wartawan terbunuh saat bertugas di seluruh dunia sepanjang tahun 2009. Hasil tersebut didasarkan pada survei Komite Pelindungan Jurnalis (Committee to Protect Journalists/CPJ).

Dalam laporan hasil survei CPJ yang diberi judul 'Serangan kepada Pers di Tahun 2009' dengan tebal 350 halaman ini dinyatakan, 70 wartawan tewas saat menjalankan tugasnya. Jumlah ini telah melewati catatan tahun 2007 yang mencapai 67 kematian ketika kekerasan di Irak merajalela. Sementara untuk tahun 2008, angka kematian wartawan saat bertugas hanya mencapai 41 kematian.

Hasil survei tersebut dirilis pada Selasa (16/2/2010) waktu setempat. Demikian seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (17/2/2010).

Tercatat sebagai negara dengan jumlah kematian wartawan terbanyak pada tahun 2009 adalah Filipina dengan jumlah kematian sebanyak 31 wartawan. Jumlah tersebut diduga terkait pembunuhan saat pemilihan umum digelar di Maguindanao, Filipina, pada November 2009.

Selanjutnya Somalia, dengan jumlah 9 wartawan tewas saat bertugas. Hal tersebut diindikasikan karena militan Islam, al-Shabaab, menteror media melalui kekerasan dan ancaman, serta memaksa wartawan untuk diasingkan.

Kemudian menyusul Iran, dengan 4 wartawan tewas. Jumlah ini berkurang dibanding tahun 2008. Lalu di Pakistan tercatat 4 wartawan tewas, beberapa tewas saat bertugas di wilayah yang dikuasai oleh militan Taliban.

CPJ mengatakan, penyebab utama kematian sebagian besar wartawan tersebut adalah pembunuhan. Paling tidak sebanyak 51 wartawan diketahui tewas dibunuh. Menurut data CPJ, tiga pembunuhan wartawan terjadi di Rusia, dua pembunuhan di Meksiko, dan dua lainnya di Sri Lanka. Untuk sisanya, CPJ masih menyelidiki kematian 24 wartawan lainnya di seluruh dunia untuk menentukan apakah mereka tewas saat bertugas.

Terhadap hasil survei ini, Wakil Direktur CPJ Robert Mahoney, mengharap Sekjen PBB Ban ki-moon untuk berbicara lebih tegas tentang isu kebebasan pers. "Saya mengharap Sekjen untuk lebih tegas dalam membela kebebasan berekspresi dan privasi online, serta mengimbau kepada lembaga PBB lainnya dan kepada seluruh dunia bahwa masalah kebebasan berekspresi itu penting," tuturnya.

Sementara itu, hasil survei CPJ juga menyatakan sebanyak 136 reporter, editor, dan wartawan foto dipenjarakan sejak Desember 2008. China tercatat sebagai negara terburuk yang memenjarakan wartawan, dengan jumlah 24 wartawan yang ditahan di negeri tirai bambu tersebut. Prestasi China tersebut diikuti negara-negara lain, seperti Iran, Cuba, Eritrea (Afrika), dan Myanmar.

Seorang koresponden media Newsweek, Maziar Bahari, yang pernah dipenjara di Iran selama 4 bulan mengatakan, bahwa lebih dari 100 wartawan, blogger, dan penulis ditahan pada periode berbeda sejak pertikaian pemilu terjadi pada Juni 2009.  (nvc/nwk) http://www.detiknews.com/read/2010/02/17/041755/1300992/10/pbb-sepanjang-2009-70-wartawan-terbunuh-saat-bertugas

Tidak ada komentar: