01 November 2009

Tertawa dalam 30 Detik

Komedi instan sedang mendapat tempat di televisi. Jurus yang dimainkan komedi macam ini cukup sederhana, yakni buatlah penonton tertawa dalam waktu 30 detik.

Simaklah salah satu cuplikan lelucon yang ditayangkan program Sketsa (TransTV), Rabu (28/10) pagi. Seorang pejabat yang menjadi pasien rumah sakit meminta dirawat di kelas I. "Saya ini orang penting, jadi harus dimasukkan ke kelas I," katanya.

"Baik, Pak, tenang saja," ujar suster.

Tiba-tiba kamera memperlihatkan si pasien berada di tengah-tengah ruang kelas I sekolah dasar yang dipenuhi puluhan murid. Si pasien kaget dan murid-murid tertawa. "Ini kelas I-nya, Pak," kata si suster.

Begitulah, gaya lelucon di program Sketsa yang tayang setiap pagi sejak Mei 2009. Singkat, padat, minim dialog, dan selalu diakhiri dengan kejutan.

Produser Sketsa Yudho Indrowiyono menjelaskan, acara berdurasi 20 menit itu terdiri dari 20-30 lelucon pendek yang berdiri sendiri. Satu lelucon tidak boleh lebih dari 60 detik. "Kami usahakan 40-50 detik saja. Makin pendek, makin bagus," ujar Yudho, Kamis (29/10).

Komedi bergaya instan seperti ini juga ada di program Tawa Sutra Bisaa Ajaa (TSBA) ANTV yang tayang Senin-Jumat setiap pukul 20.00. Di acara ini setiap cuplikan lelucon panjangnya sekitar lima menit. Dengan durasi 1,5 jam, produser TSBA bisa menayangkan sekitar 10 lelucon.

TSBA memancing tawa dengan dialog konyol. Kadang para pemain melontarkan tebak-tebakan.

Jenis komedi ini memang berbeda dengan komedi gaya Srimulat tahun 1980-an dan 1990-an. Srimulat menggunakan model drama tradisional, biasanya diawali dengan monolog pembuka. Ini semacam cara mengondisikan penonton agar tertawa. Setelah penonton "panas", barulah para pemain Srimulat "menghajar" mereka dengan lawakan-lawakan.

"Komedi sekarang tidak seperti itu. Kami langsung smash penonton dengan lelucon," kata Yudho.

Kepala Produksi ANTV Reva Deddy Utama menambahkan, program komedi sekarang harus bisa memancing tawa pada kesempatan pertama. Jika tidak berhasil, mereka pindah ke saluran televisi lain. Untuk itu, dibutuhkan perencanaan matang. "Kami harus membuat naskah dan pemain mengikutinya meski tetap ada sedikit ruang untuk improvisasi," ujar Deddy.

Yudho juga mengandalkan naskah agar cuplikan lelucon yang muncul di Sketsa tidak garing. Untuk itu, dia memiliki empat tim penulis naskah. Setiap tim terdiri dari 4-5 orang.

Sejauh ini lelucon yang muncul di komedi instan sudah cukup memancing tawa. Hanya saja, leluconnya sering kali vulgar. Misalnya, ada adegan orang diguyur satu panci kuah bakso.

Menguntungkan

Mengapa komedi instan sekarang berkembang? Deddy menjelaskan, penonton sekarang memang ingin acara yang serba instan. Penonton tidak menyukai lawakan yang berbelit-belit "Kalau nonton lawak, ya harus langsung tertawa. Kalau dalam dua-tiga menit tidak tertawa, dia pasti pindah channel."

Komedi instan, kata Deddy, juga menguntungkan stasiun televisi. Acara mudah dibuat, tidak perlu bintang terkenal, dan antarsketsa ceritanya tidak perlu nyambung.

Komedi macam ini juga cocok dengan karakter industri televisi yang hidupnya ditentukan pergerakan rating. "Sekarang pergerakan rating dan share kan bisa dilihat setiap beberapa menit. Pengelola televisi akan melihat pada menit keberapa rating turun. Saat itulah pengelola akan memberi kejutan antara lain dengan menyodorkan komedi instan," ujar Deddy.

Karena menguntungkan, hampir 70 persen jam tayang utama ANTV saat ini diisi dengan komedi. Selain TSBA, ANTV memiliki program SBY, komedi situasi Rusun Banyak Tawa, dan Segeer. "Tapi, yang paling laku komedi instan," kata Deddy. --http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/11/01/0323114/tertawa.dalam.30.detik

Tidak ada komentar: