12 September 2009

Tayangan Ramadhan Kok Sarat Kekerasan?

Untungnya, masih ada tayangan Ramadhan yang layak tonton. Para Pencari Tuhan , salah satunya.

Antusiasme seluruh pengelola stasiun televisi untuk menyambut, menyemarakkan, dan memberi warna pada bulan suci Ramadhan 1430 H ini cukup menggembirakan. Sayangnya, beberapa program yang mereka sajikan tergolong tayangan hiburan yang kurang mendidik, tidak etis, mengandung kata-kata jorok, dan sarat adegan kekerasan.

Hal itulah yang memicu protes dari sejumlah pemirsa televisi. Adapun program Ramadhan yang cukup banyak mendapat protes di antaranya:  Opera Van Java Sahur (Trans 7),  Saatnya Kita Sahur dan  Suami-suami Takut Istri (Trans TV).

Tak sedikit pemirsa yang geram melihat tayangan-tayangan itu. Salah satunya, Darmadi. Lewat surat elektronik ( e-mail ), pemirsa asal Jawa Timur ini melayangkan protes ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat. Ia mengecam tayangan  Opera Van Java Sahur yang menurutnya kerap menampilkan adegan kekerasan. Pada salah satu episode misalnya, ia melihat beberapa pemain terjatuh dan kesakitan lantaran dikerjai pemain lain.

Hal senada dikatakan Dundi Fajar. Ia mengaku keberatan dengan adegan kekerasan dalam  Opera Van Java Sahur seperti memukul kepala atau menjatuhkan lawan main dengan kasar. ''Walau memukulnya dengan benda ringan atau  styrofoam tapi tindakannya kasar dan kalau dilihat anak-anak pasti akan ditiru. Saya jadi risih menontonnya,'' ujar pemirsa asal Jawa Barat ini.

Sedangkan Novi Ayu, pemirsa yang tinggal di Jakarta, memrotes tayangan  Saatnya Kita Sahur (Trans TV). Ia menilai, program ini kerap menampilkan adegan kekerasan, pelecehan fisik, juga tidak cerdas dalam membuat pertanyaan berhadiah.

Menanggapi hal ini, Hadiansyah Lubis,  manager head of marketing public relations Trans TV, mengatakan, tayangan yang disajikan dalam program  Saatnya Kita Sahur sebenarnya masih dalam batas-batas yang wajar. ''Tapi kalau memang ada masukan dan kritik pemirsa tentunya kami akan tindak lanjuti dan mencoba melakukan perbaikan-perbaikan materi,'' katanya.Sementara Anita Wulandari,  manager of public relations Trans 7, belum berhasil dihubungi untuk dimintai komentar perihal tayangan  Opera Van Java Sahur .

Pemantauan
Pemantauan terhadap tayangan Ramadhan ini dilakukan oleh KPI Pusat bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo). Dari hasil pemantauan disimpulkan, unsur hiburan yang tidak mendidik masih mendominasi tayangan Ramadhan. ''Minggu pertama bulan Ramadhan ini, masih banyak acara TV yang belum memberikan nuansa agamis,'' kata Fetty Fajriaty, wakil ketua KPI Pusat dalam siaran pers yang disampaikan ke  Republika .

Dari hasil pemantauan, ditemukan 425 adegan tak layak seperti kekerasan, mistik, dan cabul. ''Program masih mengedepankan hiburan lelucon yang disajikan dengan kata-kata kasar, makian, memperolok-olok, merendahkan, dan melecehkan,'' ungkap Fetty.

Untungnya, tak semua tayangan Ramadhan seperti itu. Masih ada program Ramadhan yang layak tonton karena memuat nilai-nilai positif dan edukatif. Terkait dengan hal ini, MUI memberi penghargaan kepada TVRI, TV One, dan Metro TV karena telah menayangkan program Ramadhan yang lebih banyak bermuatan positif dan edukatif. Penghargaan juga diberikan kepada sinekuis  Para Pencari Tuhan (SCTV), sinetron  Anak Membawa Berkah dan  Amira (Indosiar), serta  .

I> (O'Channel). ''Program-program ini sudah cukup baik memberikan pesan moral pada saat Ramadhan,'' kata M Said Budairy, selaku wakil dari MUI.

MUI berharap, segala kritik dan masukan dapat mendorong pengelola stasiun televisi untuk meningkatkan kualitas tayangan Ramadhan. ''Kritik dan masukan itu bukan untuk membunuh industri televisi tetapi sebagai bentuk kepedulian untuk membangun tumbuhnya media massa yang bermartabat dan bermanfaat,'' tegas Said.  rusdy nurdiansyah

http://www.republika.co.id/koran/43/74717/Tayangan_Ramadhan_I_Kok_I_Sarat_Kekerasan

Tidak ada komentar: