09 April 2008

'Wajah Buruh Kita' Astro, Program Terbaik Liputan Perburuhan

Sebuah program TV bukan hanya diukur dari perolehan rating dan share, tapi juga pengakuan dari pihak lain.

Masalah perburuhan sering menjadi sorotan oleh media massa di Tanah Air, tak terkecuali stasiun televisi. Tema ini pun menjadi inspirasi bagi tim Telaah, program newsmagazine Astro, untuk melahirkan dan mengemasnya menjadi sebuah program menarik bertajuk Wajah Buruh Kita.

Wajah Buruh Kita yang hadir lewat saluran Astro Awani memperoleh penghargaan dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI), American Center for International Labor Solidarity (ACILS), dan The Friedrich-Ebert-Stiftung (FES) dalam ajang Penghargaan Jurnalistik untuk Liputan Isu Perburuhan.

Pada ajang yang diperuntukkan bagi para jurnalis media cetak, online, radio, dan televisi tersebut program Telaah episode Wajah Buruh Kita yang diproduseri oleh Bhayu Sugarda berhasil menjadi pemenang pertama untuk kategori televisi.

Menurut Bhayu Sugarda, Wajah Buruh Kita mengusung isu masalah kondisi buruh Indonesia. Kasus diberhentikannya ribuan orang tanpa pesangon secara bersamaan, katanya, bukan hanya masalah kehilangan mata pencaharian, tapi juga soal matinya ikatan kekeluargaan antarkaryawan. ''Melalui liputan ini kami ingin mengetuk kesadaran akan arti buruh yang masih rendah di Indonesia. Stereotype dari buruh hanyalah pekerja pabrik masih terus bergema. Padahal sesungguhnya perusahaan bisa memperlakukan sumber daya manusia sebagai aset, dan bukan hanya sekadar alat produksi,'' ujar Bhayu.

Atas prestasi tersebut selain penghargaan dari ACILS, FES, dan AJI, Bhayu Sugarda dan timnya juga menerima hadiah sebesar uang Rp 6,5 juta. Bersamaan dengan pengumuman pemenang juga diluncurkan buku berjudul Buruh dalam Reportase Media. Buku yang diterbitkan dwibahasa ini berisi kumpulan hasil karya tiga pemenang masing-masing kategori.

Ketua Umum AJI, Heru Hendratmoko, mengatakan angle yang diangkat oleh tim Telaah tentang masih buramnya nasib buruh memang merupakan tema yang sangat menarik perhatian. Pemilihan angle semacam ini, menurut dia, biasanya untuk mengingatkan para pengambil keputusan, baik dari pemerintah, parlemen, maupun kalangan swasta, untuk lebih hirau terhadap nasib kaum buruh. ''Namun, publik juga perlu sesekali disuguhi cerita keberhasilan yang mampu menjadi inspirasi banyak orang,'' kata Heru.

Mata Rantai Antv
Mata Rantai, program Antv yang mengupas dan mengangkat masalah hukum di Tanah Air, juga meraih Anugerah Hukum Indonesia. Stasiun TV ini merebut penghargaan itu lewat acara bertajuk Narapidana di Luar Penjara.

Program Mata Rantai dinilai telah berperan dalam pembudayaan dan pembinaan hukum di Indonesia. ''Anugerah Hukum Indonesia ini baru pertama kali diadakan, dan Antv langsung menjadi pemenangnya,'' ujar Yasmin Sanad, corporate communications Antv.

Direktur News, Sport & Corporate Communications Antv, Azkarmin Zaini, mengatakan kegembiraannya atas Anugerah Hukum Indonesia yang diberikan kepada pihaknya. ''Alhamdulilah, akhir-akhir ini Antv menghasikan karya-karya jurnalistik yang berkualitas,'' ujar Azkarmin.

Pada Maret lalu, tiga penghargaan KPI Award diraih stasiun televisi ini, yakni Telisik episode Bisnis Narkoba di Dalam Penjara untuk kategori Program Berita Investigasi, Topik Kita episode Waspada Aliran Sesat untuk kategori Talk Show, dan program sinetron lepas Siapa Sayang Lila? untuk kategori program Sinetron Lepas atau FTV.

''Ini merupakan pembuktian keinginan dan semangat Antv untuk terus berkarya menghasilkan program terbaik yang tidak hanya enak untuk ditonton, tapi juga mengandung nilai-nilai edukatif,'' paparnya. Menurut dia, sebuah program bukan hanya diukur berdasarkan rating dan share, tapi juga pengakuan kualitas oleh pihak lain. ''Semoga semua anugerah ini akan memacu kami membuat karya jurnalistik yang lebih baik lagi dan bermanfaat bagi pemirsa,'' ujar Azkarmin. ( kho/ruz )

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=329557&kat_id=383

Tidak ada komentar: