Panjangnya episode tayangan ini menandakan bahwa SSTI yang hadir di layar Trans TV setiap Senin hingga Jumpat pukul 18.00 WIB ini digemari oleh banyak pemirsa. ''SSTI kini sudah memasuki episode ke-100 atau kurang lebih 20 minggu tayang. Ini bukanlah waktu yang pendek untuk memproduksi sebuah seri komedi,'' ujar Hadiansyah Lubis, head of marketing public relations Trans TV.
. Disebutkan untuk memproduksi tontonan komedi seperti ini dibutuhkan usaha dan konsistensi yang luar biasa besar. ''Membuat pemirsa terpingkal-terpingkal selama 100 episode juga membutuhkan skenario yang tidak saja lucu, tapi juga cerdas dan punya makna,'' paparnya.
SSTI akan terus berusaha memberi warna dan energi bagi pemirsa setia Trans TV. Dan, bagi pengelola stasiun TV ini adalah suatu kegembiraan jika mereka bisa menghibur pemirsa. Menurut Hadiansyah, episode ke-100 Suami Suami Takut Istril bakal dikemas lebih menarik, lucu, dan akan disajikan pada Jumat (29/2) pukul 18.00 WIB. ''Kami berharap semoga akan menjadi awal bagi 200 atau 300 episode ke depan. Mudah-mudahan harapan ini tercapai,'' ujarnya pada syukuran pemotongan tumpeng atas keberhasilan SSTI mencapai episode ke-100 di Jakarta, Selasa (26/2).
Pada setiap episodenya topik SSTI berbeda-beda, namun kemasannya tetap bergaya komedi. Menurut Hadiansyah, pengemasan dengan gaya komedi yang segar dan bermutu inilah yang menjadi daya pikat dari tontonan ini. ''Dalam SSTI ada resep-resep jitu dan pengalaman-pengalaman menarik dari para suami dalam menghadapi para istri, begitu juga sebaliknya.''
Fenomena suami-suami Sinetron komedi ini mengangkat fenomena suami-suami yang tinggal di suatu area perumahan. Mereka semua memiliki kesamaan yaitu berada di bawah dominasi istri-istri mereka. Perasaan dan senasib sepenanggungan ini tumbuh makin kuat, sehingga mereka membentuk aliansi tidak resmi bagi suami-suami yang takut istri ini.
Mereka saling mendukung dan mencela. Saling menguatkan agar tidak lagi mau ditindas, walaupun seringkali sang pemberi nasihat justru masih takut istri juga.
Namun, rupanya para istri di komplek perumahan tersebut juga membentuk perkumpulan yang sama. Mereka saling memberi dukungan agar tidak kehilangan kendali atas suami-suami mereka.
Suami Suami Takut Istri didukung bintang-bintang, seperti Otis Pamutih sebagai Sarmili (Pak RT), Aty Fathiyah sebagai Sarmila (Bu RT), Marissa (Sarmilila) dan Irvan Penyok (Mas Karyo).
Sinetron komedi ini antara lain mengisahkan Pak RT yang tidak pernah mampu menghadapi istrinya yang dominan. Begitu juga Mas Karyo yang tidak mampu mengalahkan keinginan istrinya, Mbak Sheila. Apalagi sering diibaratkan pasangan ini sebagai beauty and the beast, wajah Sheila yang jelita punya suami berwajah jelek.
Kehidupan serupa juga dijalani tokoh Faisal dan pasangannya, Deswita. Faisal selalu kalah abu dari Deswita yang cantik, namun sering membuat mati kutu suaminya. Lebih parah lagi adalah sosok Bang Tigor, tubuh besarnya tidak pernah mampu menghadapi istrinya, Mbak Welas. Kamar tidur selalu menjadi senjata bagi Welas untuk menaklukkan suaminya yang bertubuh besar dan mantan preman.
''Sitkom SSTI ini ingin memperlihatkan betapa sesungguhnya di balik penampilan para istri yang lemah, mereka memiliki 'kuasa' terhadap para suami. Dan, para suami yang konon katanya memiliki kuasa atas istri dibuat tidak berkutik,'' tutur Hadiansyah, yang dalam SSTI justru aksi kekerasan dalam rumah tangga dilakukan oleh para perempuan. (ruz )
. Disebutkan untuk memproduksi tontonan komedi seperti ini dibutuhkan usaha dan konsistensi yang luar biasa besar. ''Membuat pemirsa terpingkal-terpingkal selama 100 episode juga membutuhkan skenario yang tidak saja lucu, tapi juga cerdas dan punya makna,'' paparnya.
SSTI akan terus berusaha memberi warna dan energi bagi pemirsa setia Trans TV. Dan, bagi pengelola stasiun TV ini adalah suatu kegembiraan jika mereka bisa menghibur pemirsa. Menurut Hadiansyah, episode ke-100 Suami Suami Takut Istril bakal dikemas lebih menarik, lucu, dan akan disajikan pada Jumat (29/2) pukul 18.00 WIB. ''Kami berharap semoga akan menjadi awal bagi 200 atau 300 episode ke depan. Mudah-mudahan harapan ini tercapai,'' ujarnya pada syukuran pemotongan tumpeng atas keberhasilan SSTI mencapai episode ke-100 di Jakarta, Selasa (26/2).
Pada setiap episodenya topik SSTI berbeda-beda, namun kemasannya tetap bergaya komedi. Menurut Hadiansyah, pengemasan dengan gaya komedi yang segar dan bermutu inilah yang menjadi daya pikat dari tontonan ini. ''Dalam SSTI ada resep-resep jitu dan pengalaman-pengalaman menarik dari para suami dalam menghadapi para istri, begitu juga sebaliknya.''
Fenomena suami-suami Sinetron komedi ini mengangkat fenomena suami-suami yang tinggal di suatu area perumahan. Mereka semua memiliki kesamaan yaitu berada di bawah dominasi istri-istri mereka. Perasaan dan senasib sepenanggungan ini tumbuh makin kuat, sehingga mereka membentuk aliansi tidak resmi bagi suami-suami yang takut istri ini.
Mereka saling mendukung dan mencela. Saling menguatkan agar tidak lagi mau ditindas, walaupun seringkali sang pemberi nasihat justru masih takut istri juga.
Namun, rupanya para istri di komplek perumahan tersebut juga membentuk perkumpulan yang sama. Mereka saling memberi dukungan agar tidak kehilangan kendali atas suami-suami mereka.
Suami Suami Takut Istri didukung bintang-bintang, seperti Otis Pamutih sebagai Sarmili (Pak RT), Aty Fathiyah sebagai Sarmila (Bu RT), Marissa (Sarmilila) dan Irvan Penyok (Mas Karyo).
Sinetron komedi ini antara lain mengisahkan Pak RT yang tidak pernah mampu menghadapi istrinya yang dominan. Begitu juga Mas Karyo yang tidak mampu mengalahkan keinginan istrinya, Mbak Sheila. Apalagi sering diibaratkan pasangan ini sebagai beauty and the beast, wajah Sheila yang jelita punya suami berwajah jelek.
Kehidupan serupa juga dijalani tokoh Faisal dan pasangannya, Deswita. Faisal selalu kalah abu dari Deswita yang cantik, namun sering membuat mati kutu suaminya. Lebih parah lagi adalah sosok Bang Tigor, tubuh besarnya tidak pernah mampu menghadapi istrinya, Mbak Welas. Kamar tidur selalu menjadi senjata bagi Welas untuk menaklukkan suaminya yang bertubuh besar dan mantan preman.
''Sitkom SSTI ini ingin memperlihatkan betapa sesungguhnya di balik penampilan para istri yang lemah, mereka memiliki 'kuasa' terhadap para suami. Dan, para suami yang konon katanya memiliki kuasa atas istri dibuat tidak berkutik,'' tutur Hadiansyah, yang dalam SSTI justru aksi kekerasan dalam rumah tangga dilakukan oleh para perempuan. (ruz )
disalin dari republika, 29/2/2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar