oleh Andi A. Mallarangeng
Rasanya pertanyaan Tina Talissa, presenter TV1, malam itu mewakili pertanyaan kebanyakan orang. Saat launching TV1, Tina bertanya kepada Presiden SBY “Apakah Presiden SBY masih sempat nonton TV di sela-sela tugasnya?” Jawaban Presiden jelas, ya.
Dalam hal ini Presiden juga tidak berbeda dengan siapapun: tak bisa lepas dari ‘pesona‘ TV. Walaupun tentu saja tiap kita punya alasan berbeda mengapa terpaku di depan kotak kaca yang bernama televisi. Yang jelas, hidup seperti tak lengkap jika tidak menonton TV dalam sehari.
Saat ini, TV tak lagi identik dengan hiburan semata. Itu mungkin dulu, ketika TV swasta hanya bisa merelai berita TVRI dan tak boleh memproduksi program berita sendiri. Tapi zaman itu sudah lewat. Semua TV nasional punya program berita sendiri, yang diproduksi sebagai bagian dari jurnalisme televisi. Bahkan berbagai talkshow yang mengangkat topik-topik sosial politik menjadi tradisi tayangan televisi malam hari. Apa lagi, perkembangan teknologi memungkinkan stasiun TV membuat liputan langsung atas berbagai kejadian penting yang sedang terjadi di seluruh dunia. Bahkan sambil menonton hiburan pun running text bisa dimunculkan untuk membawa berita terbaru, breaking news. Untuk mengatur semua itu, TV juga punya pemimpin redaksi. Persis seperti di koran dan majalah.
Sama seperti kita semua yang tak mau ketinggalan berita, Presiden SBY juga membaca koran setiap hari dan menonton berita televisi. Saat dalam kendaraan, mendengar radio. Tentu saja secara selektif di sela-sela tugas atau jika sedang santai. Karena Presiden tak bisa hanya mendengar laporan dari stafnya atau pejabat negara lainnya. Untuk situasi tertentu, berita TV dan radio, apalagi siaran langsungnya, bisa menggambarkan situasi lebih cepat daripada laporan Badan Intelijen Negara.
Berita-berita ekonomi terutama indeks harga saham dan nilai rupiah merupakan berita yang menjadi “makanan utama” Presiden. Berita-berita internasional melalui channel internasional juga menjadi perhatian utama Presiden. Sebagai Presiden dari negara dengan penduduk terbesar ke empat di dunia, tidak bisa tidak Presiden SBY perlu mengikuti kejadian-kejadian di belahan dunia lain, tanpa harus menunggu laporan dari duta besar kita di mancanegara.
Apakah Presiden SBY juga menonton acara hiburan? Sinetron misalnya? Ya, sesekali ada juga acara hiburan yang ditonton presiden, misalnya Kiamat Sudah Dekat, karena ceritanya menarik dan pesannya mendidik. Sesekali Presiden juga mengikuti acara olahraga di televisi, sepakbola misalnya, terutama kalau ada Piala Dunia. Kalau Piala Eropa? Hm, bola bundar.
Tayangan pendidikan, budaya, dan wisata juga sering ditonton oleh Presiden karena ini memperluas wawasan dan menambah pengetahuan. Presiden berharap TV nasional memperbanyak program seperti ini, dan mengurangi program yang mengarah kepada takhayul dan mengeksploitasi seksualitas yang vulgar, ataupun gosip yang tak berguna. Presiden juga berharap agar televisi nasional kita termasuk TVRI juga bisa mendunia seperti televisi internasional lainnya.
Kalau Jubir, ada satu jenis program lagi yang tak boleh dilewatkan: wisata kuliner. Sayang sekali dalam peliputan acara Cap Go Meh di berbagai televisi, tak ada yang menayangkan bagaimana membuat Lontong Cap Go Meh yang enak, atau paling tidak di mana bisa menikmatinya. Kalau anda punya informasi tentang hal ini, silakan kirim ke redaksi. Please...
disalin dari Jurnal Nasional 25/2/2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar