15 Desember 2009

Yang Terbaik di KPI Award 2008

15-12-2009 :: Diawali dengan medley lagu nusantara serta gerak tari daerah, KPI Award dibuka pukul 19:37 WIB oleh pembawa acara Nico Siahaan dan Ersa Mayori. KPI Award  tahun ini adalah ajang untuk memberi penghargaan program televisi yang ditayangkan selama tahun 2008.

Yazirwan Uyun anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat dalam pidato sambutannnya mengatakan KPI award merupakan kerjasama KPI dengan Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI). Tahun ini, KPI memberikan penghargaan untuk 6 kategori terbaik, yaitu program dokumenter, berita investigasi, talkshow, program anak, sinetron lepas, dan pembawa acara talkshow terbaik. Program yang dinilai berasal dari 10 stasiun televisi swasta nasional dan 1 televisi publik,  "penilaian diberikan oleh juri yang kompeten di bidangnya dan berasal dari berbagai latar belakang, akademisi, profesional, dan tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki kredibilitas tinggi," ujar Yasirwan Uyun. Selain itu, pada acara ini KPI Pusat juga meluncurkan P3-SPS yang baru.

Wakil Presiden Republik Indonesia Boediono yang turut hadir di acara tersebut, menyerukan agar semua pihak mendukung pemberian penghargaan untuk program televisi ini. Menurut Boediono, program televisi dapat berdampak positif dalam kehidupan masyarakat tetapi di lain pihak, televisi juga dapat memberikan dampak yang kurang mendukung dalam kehidupan bermasyarakat maka dari itu perlu ada yang mengawal. "Mengenai frekuensi, kunci utamanya adalah untuk kepentingan publik. Peran televisi begitu penting termasuk dalam mengawal demokrasi di negara ini, informasi yang diberikan harus akurat sehingga dapat mendukung kehidupan berpolitik. "Saya mendukung KPI karena tidak hanya memberi sanksi tetapi KPI juga memberikan apresiasi," ujar Boediono.

Berikut adalah para pemenang KPI Award 2008 :

No.

Kategori

Terbaik

Stasiun TV

1.

Program Berita Investigasi

Telusur : Sarjana Kilat 22 Juta Rupiah

TVOne

2.

Program Sinetron Lepas

Ya Guru Ya Seleb

SCTV

3.

Program Anak

Kepompong : Christmas Secret Angel

SCTV

4.

Program Dokumenter

Jendela : Sang Lentera Hidup

TPI

5.

Program Talkshow

Kick Andy: Sepotong Kaki Sejuta Harapan

MetroTV

6.

Pembawa Acara Talkshow

Rosiana Silalahi

SCTV


Sinetron Harus Bersih dari Kekerasan dan Pornografi
 
Acara KPI Award yang diadakan tiap tahun, merupakan penghargaan untuk  stasiun televisi yang telah melahirkan karya-karya terbaik mereka. Acara kali ini mengangkat tema "Yang Terbaik di Layar Kaca Kita"

Salah satu program yang dinominasikan adalah, Program Sinetron Lepas. Para juri KPI Award untuk program sinetron lepas adalah Arswendo (Juri KPI Award 2007), Ilya Revianti Sunarwinadi (Komisioner KPI Th 2003-2007 dan sekarang Ketua Departemen Ilmu Komunikasi) dan Pinckey Triputra (Juri KPI Award 2007, dan sekarang sebagai Koordinator Program Pasca Sarjana UI).

Tayangan program yang diberikan stasiun televisi, telah dipilih yang terbaik dan dinilai oleh Juri untuk masing-masing kategori.

Program ini merupakan program sinetron lepas terbaik dan tidak melanggar UU Penyiaran dan sesuai Penyiaran dan Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) KPI" menurut Ilya salah satu juri program sinetron lepas.

Untuk keunggulan yang dinilai, Ilya mengatakan bahwa tayangan yang dipilih itu bersih dari unsur kekerasan, pornografi, serta eksplotasi anak dan perempuan. Selain itu "alur cerita pun merupakan poin penting untuk penilaian bahwa jalan cerita tidak keluar dari norma-norma yang melanggar".

Para Juri untuk sinetron lepas, telah menetapkan 3 judul yang dinominasikan, yaitu "Suatu Hari Yang Indah" Indosiar, "Ya Guru Ya Seleb" SCTV dan yang ke-3 adalah "Pahlawanku (Kisah Anak Nusantara).


Berita Investigatif harus Bongkar Kasus

Mantan Redaktur Pemberitaan SCTV yang juga Juri program Berita Investigasi KPI Award menilai secara kuantitas maupun kualitas, liputan investigasi di Indonesia masih rendah. Ada anggapan bahwa jika sudah menggunakan kamera tersembunyi (hidden camera) atau melakukan wawancara beruntun sudah termasuk liputan investigatif.

Padahal menurut Kuhon, ada tiga syarat yang harus dipenuhi dalam sebuah liputan jika ingin menyandang sebutan investigasi. Pertama liputan tersebut harus membongkar sebuah kasus yang selama ini tertutup. Kedua, dampak atau magnitude isu yang ditimbulkan harus besar. Terakhir, liputan investigatif sedapat mungkin menyangkut kepentingan publik.

Kuhon mencontohkan jika seorang wartawan mengejar narasumber yang sulit di Afganistan namun wartawan tersebut tidak berhasil mewawancarai narasumber yang dituju.  Sebagai gantinya si wartawan dalam liputannya justru memuat cerita pengejaran narasumber yang sulit tersebut. Hal ini menurut Kuhon belum dapat dikatakan sebagai liputan investigatif.

Untuk itu, sebelum menonton dan menilai program yang dipertandingkan dalam kategori Berita Investigasi, Kuhon bersama dua Juri kategori berita investigasi  lain yaitu Redaktur Senior Tempo, Wahyu Muryadi dan Mantan Pemimpin Redaksi Kontan, Yopie Hidayat merumuskan kriteria penilaiannya.

Kuhon menjelaskan kriteria program berita investigasi dibagi menjadi tiga kelompok besar. Pertama adalah isi berita dengan bobot 40%. Isi berita ini dinilai dengan parameter magnitude, kelengkapan data, akurasi, jumlah narasumber, kompetensi narasumber, keseimbangan porsi berita, cover both side, dan tingkat kesulitan.

Berikutnya adalah estetika dengan bobot 30% yang terdiri dari penggunaan model pengganti, kualitas gambar, komposisi gambar, kejelasan audio atau suara, intonasi narator serta penggunaan grafik dan animasi. Yang terakhir menurut Kuhon, adalah etika, juga dengan bobot 30%. Etika yang dimaksud, sebuah liputan harus memperhatikan azas praduga tak bersalah, kerahasiaan jatidiri anak, bebas pelecehan, tidak menjijikan, sadistis, merangsang adegan atau perilaku kesusilaan, serta plagiasi.

Yang menarik kata Kuhon adalah penggunaan model.  Jika liputan tersebut tidak mendapatkan pelaku asli mendapat nilai positif dari segi estetika. Namun penggunaan model justru mendapat nilai negatif dari sisi etika. Persoalan etika inilah yang menjadi persoalan utama dalam dunia jurnalistik Indonesia. 

Beberapa contoh negatif yang diungkap Kuhon,  dalam beberapa program yang dinilainya terdapat program yang tidak merahasiakan identitas anak yaitu program berita pemerkosaan TKI dan pemberitaan mengenai anak pelaku teroris. Hal ini jelas melanggar prinsip kerahasiaan jatidiri anak.

Selanjutnya, Kuhon menjelaskan jika penilaian sudah dilakukan secara profesional maka diharapkan program KPI Award dapat merangsang pengembangan liputan investigasi baik dari sisi jumlah maupun kualitas. 

Program-program yang masuk dalam dinominasikan dalam kategori berita investigasi KPI Award kali ini adalah Reportase episode Geng Bocah SMA (Trans TV), Telusur episode Sarjana Kilat 22 juta (TV One) dan Sigi episode Ketika Laskar Turun ke Jalan (SCTV).

Kaum Marjinal jadi Sorotan Program Dokumenter

Secara umum, tema orang tidak berdaya menjadi tema utama program-program dokumenter yang dipertandingkan dalam KPI Award tahun ini.  

Menurut salahsatu Juri kategori program dokumenter KPI Award, Ilham Bintang, hampir seluruh program kategori dokumenter  yang diajukan untuk dinilai dalam KPI Award bercerita mengenai kelompok marjinal yang termasuk dalam 40 juta rakyat Indonesia yang tidak menikmati hasil pembangunan. "Contohnya adalah ada program yang bercerita mengenai nenek-nenek yang bekerja sebagai joki atau buruh gendong yang harus menempuh jarak 60 km dari tempat tinggalnya. Yang menarik adalah dia tidak hanya bekerja untuk dirinya sendiri, namun juga menghidupi cucunya".

Dia juga menyampaikan ada empat hal yang menjadi pertimbangan juri dalam memberikan penilaian. Keempat hal itu adalah gagasan atau tema cerita, teknis atau konsep visual, keseluruhan paket (packaging) dan premis atau nilai-nilai yang disampaikan.

Senada dengan Ilham, Juri program dokumenter lainnya, Tedjabayu juga menyampaikan bahwa secara teknis memang ada program lain yang lebih unggul dari sisi teknis pengemasan dan tingkat kesulitan. "Namun, kami (para juri) bersepakat untuk menitikberatkan pada gagasan yang bercerita mengenai kaum yang terpinggirkan", ujar Tedjabayu.

Ilham Bintang yang juga Pemimpin Redaksi C&R dan Tedjabayu, Deputi Direktur ISAI (Institut Studi Arus Informasi) telah bertugas memberikan penilaian terhadap 21 program dokumenter yang diajukan 11 stasiun TV untuk memperebutkan Program Dokumenter Terbaik versi KPI Award. Dari 21 program yang dipertandingkan, 4 program di antaranya tidak dinilai karena tidak memenuhi persyaratan program yang dipertandingkan. Selain Ilham dan Tedjabayu, program kategori dokumenter yang dipertandingkan dalam KPI Award kali ini juga dinilai oleh mantan Komisaris TVRI, Dimas Wahab.

Program yang masuk nominasi untuk kategori dokumenter adalah Program Eagle Award episode Prahara Tsunami Bertabur Bakau (Metro TV), Jendela episode Sang Lentera Hidup (TPI) dan Potret episode Mutiara dari Timur (SCTV).
http://www.kpi.go.id/?etats=detail&nid=1557

Tidak ada komentar: